Liputan6.com, Jakarta Apple baru-baru ini mengirimkan notifikasi ke seluruh pengguna iPhone di 92 negara pada hari Rabu, 10 Mei 2024, terkait pemberitahuan serangan siber.
Dilansir TechCrunch, Jumat (12/4/2024), notifikasi tersebut berisi peringatan mereka mungkin telah menjadi sasaran serangan spyware tentara bayaran.
Apple mengirimkan peringatan tersebut kepada masing-masing pengguna di 92 negara pada jam 12 siang waktu setempat. Sayangnya, Apple tidak mengungkap identitas penyerang atau negara mana saja yang menerima notifikasi tersebut.
“Apple mendeteksi, Anda menjadi sasaran serangan spyware tentara bayaran mencoba menyusupi iPhone terkait dengan ID Apple Anda -xxx- dari jarak jauh,” tulisnya dalam peringatan kepada pelanggan terkena dampak.
TechCrunch menyebut, "serangan ini kemungkinan besar menargetkan pengguna iPhone secara spesifik karena siapa Anda atau apa pekerjaan yang dilakukan."
Pembuat iPhone ini diketahui rutin mengirimkan pemberitahuan semacam ini beberapa kali dalam setahun, dan telah menyebarkan pemberitahuan tentang ancaman siber serupa di lebih dari 150 negara sejak tahun 2021.
Peringatan spyware ini muncul ketika banyak negara sedang mempersiapkan pemilu. Beberapa bulan terakhir, banyak perusahaan teknologi memperingatkan tentang meningkatnya aksi serangan siber disponsori negara.
Adapun tujuan aksi peretasan atau serangan siber tersebut untuk mempengaruhi hasil pemilu, atau kegiatan besar lainnya.
“Kami tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang penyebab kami mengirimkan pemberitahuan ini kepada Anda, karena hal ini dapat membantu penyerang spyware tentara bayaran menyesuaikan perilaku mereka untuk menghindari deteksi di masa depan,” kata Apple.
Perusahaan juga menambahkan, “Serangan spyware tentara bayaran, seperti Pegasus dari NSO Group, sangat jarang terjadi dan jauh lebih canggih dibandingkan aktivitas penjahat siber biasa atau malware konsumen.”
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.liputan6.com/tekno/read/5571535/apple-kirim-notifikasi-darurat-ke-pengguna-iphone-di-92-negara-terkait-serangan-spyware