Tato Bisa Menjadi Faktor Risiko Kanker Limfatik


Riset terbaru menunjukkan bahwa tato bisa menjadi faktor risiko kanker pada sistem limfatik atau limfoma.

Studi baru tim peneliti dari Universitas Lund yang dipublikasikan di eClinicalMedicine, bagian dari jurnal The Lancet pada 21 Mei 2024, menunjukkan dampak kesehatan jangka panjang tato yang selama ini jarang diselidiki. Namun, para peneliti menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut mengenai topik tersebut.

JAKARTA, KOMPAS- Tato telah lama dipraktikkan sejumlah masyarakat tradisional di berbagai dunia dan kemudian diadopsi masyarakat modern dengan teknik dan bahan tinta baru. Riset terbaru menunjukkan bahwa tato bisa menjadi faktor risiko kanker pada sistem limfatik atau limfoma.

Tato sudah menjadi salah satu identitas diri Kristianto. Motif polinesia menjadi pilihannya untuk menghiasi kedua lengannya.

“Kami telah mengidentifikasi orang-orang yang didiagnosis menderita limfoma melalui daftar populasi. Orang-orang ini kemudian dicocokkan dengan kelompok kontrol dengan jenis kelamin dan usia yang sama, tetapi tanpa limfoma," kata Christel Nielsen, peneliti di Lund University yang memimpin penelitian ini.

Peserta penelitian diminta menjawab kuesioner tentang faktor gaya hidup untuk menentukan apakah mereka ditato atau tidak. Secara total, seluruh penelitian melibatkan 11.905 orang. Dari jumlah tersebut, 2.938 orang menderita limfoma ketika mereka berusia antara 20 dan 60 tahun.

Jumlah peserta yang menjawab kuesioner sebanyak 1.398 orang, sedangkan kelompok kontrol berjumlah 4.193 orang. Pada kelompok penderita limfoma, 21 persen ditato (289 orang), sedangkan 18 persen ditato pada kelompok kontrol tanpa diagnosis limfoma (735 orang).

“Setelah mempertimbangkan faktor-faktor lain yang relevan, seperti merokok dan usia, kami menemukan bahwa risiko terkena limfoma adalah 21 persen lebih tinggi di antara mereka yang bertato. Penting untuk diingat bahwa limfoma adalah penyakit langka dan hasil kami berlaku pada semua kasus dan tingkat kelompok. Hasilnya sekarang perlu diverifikasi dan diselidiki lebih lanjut dalam penelitian lain dan penelitian semacam itu sedang berlangsung,” kata Nielsen.

Baca juga: Catatan di Atas Tubuh

AFP/OSCAR DEL POZO Seorang suporter Real Madrid menunjukkan tato bergambar trofi Liga Spanyol saat menyambut tim kebanggaanya pulang dengan membawa gelar juara Liga Spanyol 2020-2021 seusai mengalahkan Real Valladolid, di Bundaran Neptuno, Madrid, Spanyol, Minggu (23/5/2021).

Material asing

Hipotesis yang diajukan kelompok penelitian Nielsen sebelum penelitian adalah bahwa ukuran tato akan memengaruhi risiko limfoma. Mereka mengira bahwa tato seluruh tubuh mungkin dikaitkan dengan risiko kanker yang lebih besar dibandingkan dengan tato kupu-kupu kecil di bahu, misalnya. Namun, luas permukaan tubuh yang ditato ternyata tidak jadi masalah.

“Kami belum tahu mengapa hal ini bisa terjadi. Kita hanya bisa berspekulasi bahwa tato, berapa pun ukurannya, akan memicu peradangan tingkat rendah di tubuh, yang pada gilirannya bisa memicu kanker. Gambarannya jadi lebih kompleks daripada yang kita bayangkan sebelumnya," kata dia.

Kebanyakan orang mendapatkan tato pertama mereka di usia muda, yang berarti terkena tinta tato hampir sepanjang hidup. Meski begitu, penelitian baru menyentuh permukaan dari dampak kesehatan jangka panjang dari tato.

Kita hanya bisa berspekulasi bahwa tato, berapa pun ukurannya, akan memicu peradangan tingkat rendah di tubuh, yang pada gilirannya bisa memicu kanker.

“Kita sudah tahu bahwa ketika tinta tato disuntikkan ke kulit, tubuh menafsirkannya sebagai sesuatu yang asing yang tidak seharusnya ada di sana dan sistem kekebalan tubuh diaktifkan. Sebagian besar tinta diangkut keluar dari kulit, ke getah bening, di mana ia disimpan," kata Nielsen.

Nielsen dan tim sekarang akan melanjutkan studi apakah ada hubungan antara tato dan jenis kanker lainnya. Mereka juga ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyakit inflamasi lainnya untuk melihat apakah ada kaitannya dengan tato.

“Orang-orang mungkin ingin terus mengekspresikan identitas mereka melalui tato, dan oleh karena itu sangat penting bagi kita sebagai masyarakat untuk memastikan bahwa tato itu aman. Bagi individu, ada baiknya mengetahui bahwa tato dapat memengaruhi kesehatan Anda, dan bahwa Anda harus menghubungi penyedia layanan kesehatan jika Anda mengalami gejala yang Anda yakini terkait dengan tato Anda," simpul Nielsen.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Nadya tengah menato kliennya di studio Sidespace, Jakarta, Rabu (31/3/2021). Jadwal Nadya telah penuh hingga tahun depan untuk membuat tato para kliennya.

Kimia berbahaya tinta

Risiko kesehatan dari tato ini menguatkan riset sebelumnya oleh John Swierk dari Departemen Kimia di Universitas Binghamton, yang diterbitkan dalam jurnal Analytical Chemistry pada Februari 2024 lalu. Bahan tinta yang dipakai untuk tato dinilai juga berpengaruh terhadap risiko itu.

Studi Swierk menganalisis merek tinta tato utama di Amerika Serikat, dan menemukan bahwa dari 54 tinta yang diperiksa, 45 di antaranya mengandung zat aditif atau pigmen yang diketahui menimbulkan risiko kesehatan. Khususnya, di antara bahan tambahan tersebut adalah polietilen glikol, obat yang menurut National Institute of Health seharusnya digunakan untuk mengatasi sembelit. Potensi efek samping obat dapat berupa perut kembung, mual, kram perut, diare, perut bengkak, dan pendarahan dubur.

Selain itu, para peneliti menemukan bahan lain yang berpotensi berbahaya di dalam tinta, yang disebut 2-fenoksietanol. Bahan kimia dosis tinggi yang bersentuhan dengan kulit dapat menyebabkan iritasi kulit, paru-paru, dan hati, serta kerusakan ginjal dan saraf.

Baca juga: Tato yang Tak Mengenal Batas dan Usia

“Kami berharap para produsen menggunakan kesempatan ini untuk mengevaluasi kembali proses produksi mereka, dan para seniman serta klien menggunakan kesempatan ini untuk mendorong pelabelan dan manufaktur yang lebih baik,” kata Swierk dalam studi tersebut.


Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/05/27/ditemukan-kaitan-tato-dengan-kanker-limfatik