Tak Bisa Sembarangan, Penderita Alergi dan Autoimun Perlu Jalani Program Diet Khusus


JawaPos.com Penderita alergi dan autoimun, tidak bisa sembarangan melakukan program diet. Jika tidak diawasi oleh dokter secara langsung, makanan yang dikonsumsi justru bisa memicu alergi dan autoimun menjadi lebih berat. Maka mereka perlu melakoni program diet secara khusus.

Paparan program diet untuk orang dengan keluhan alergi dan autoimun itu, disampaikan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik Bintari Anindhita. "Pada prinsipnya program dietnya itu personal dan sesuai kondisi pasien," katanya di Immuno Derma Clinic di Jakarta pada Sabtu (8/6).

Bintari menerangkan, pada prinsipnya penanganan pasien alergi dan autoimun itu sangat terkait dengan nutrisi atau makanan. Dia menjelaskan, beberapa makanan bisa memicu alergi si penderita. Dia mencontohkan pada mada pandemi Covid-19 lalu, banyak orang makan berlebih. Sehingga memicu kasus alergi dan autoimun. Dua penyakit ini sendiri, banyak sekali ragamnya. Salah satu jenis penyakit autoimun adalah Lupus.

Baca Juga: Fullback Persebaya Surabaya Arief Catur Unggah Solidaritas Pemain Lokal Liga Indonesia, Netizen: Mental Tempe

Bagi orang yang sudah terlanjur mengalami obesitas dan alergi bahkan autoimun, tentu harus ditangani. Termasuk lewat program diet untuk membuat berat badannya kembali ideal. "Pertama cukupi dulu kebutuhan nutrisinya," katanya.

Kemudian pasien harus mendapatkan asupan vitamin, untuk menunjang kesembuhan alergi atau autoimun yang dideritanya. Kemudian harus ditemukan makanan yang bisa memicu alerginya. Dia mencotohkan, ketika pasien alergi terhadap telur, maka jangan dipaksa makan telur. Meskipun pasien ini sedang program diet tinggi protein. Sebagai gantinya bisa menggunakan ayam atau sumber protein lainnya.

Pada kondisi yang lebih jauh, ketika terjadi penurunan autoimun si pasien gampang mengalami infeksi. Bisa menyerang bagian mulut atau saluran pencernaan. Akibatnya asupan nutrisi berkurang. Jika dibiarkan, kondisi autoimun bisa semakin berlanjut. Untuk itu penanganan pasien alergi maupun autoimun, sebaiknya melibatkan ahli gizi klinik.

Baca Juga: Anak SYL Kembalikan Mobil ke KPK

Pada kesempatan yang sama Dr. dr. Windy Keumala Budianti Sp.DVE Subsp DAI menjelaskan menemukan makanan yang menjadi trigger atau pemicu alergi pada pasien sangat penting. Sehingga bisa digunakan sebagai acuan untuk penanganan selanjutnya.

Dia mengatakan pada pasien autoimun, trigger bukan hanya makanan atau genetik. Tetapi juga bisa dari gaya hidup seperti konsumsi alkohol, rokok, atau makanan siap saji yang banyak mengandung pengawet. Paparan sinar matahari juga bisa memicu autoimun.


Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.jawapos.com/kesehatan/014739084/tak-bisa-sembarangan-penderita-alergi-dan-autoimun-perlu-jalani-program-diet-khusus