Ragam Fungsi Musik, dari Terapi Pascastroke hingga Kesehatan Jiwa


Musik mengaktifkan banyak bagian pada otak sehingga cocok untuk terapi fisik, misalnya pada pasien stroke.

Menurut terapis musik sekaligus dosen Fakultas Musik Universitas Pelita Harapan, Kezia Karnila Putri, bermusik ibarat olahraga untuk otak. Ini karena bermusik adalah kegiatan multisensori yang mengaktivasi banyak bagian pada otak. Adapun kegiatan bermusik yang dimaksud mencakup, antara lain, bernyanyi, mendengarkan musik, dan memainkan instrumen.

Musik bukan sekadar hiburan atau produk kreativitas sang seniman. Jika dikombinasikan dengan bidang ilmu lain, musik dapat berfungsi sebagai sarana terapi kesehatan fisik dan jiwa. Praktik terapi musik pun kian diminati, antara lain oleh penyintas stroke, orang dengan masalah kesehatan mental, hingga anak berkebutuhan khusus.

Suasana diskusi bertajuk "Jakarta Sound Rhapsody: Dari Konser hingga Konseling, Menyingkap Tabir Musik sebagai Sarana Terapi dan Kesehatan", Jumat (5/7/2024) malam, di Jakarta. Diskusi ini membahas peran musik yang tak hanya sebagai media hiburan. Musik juga memiliki fungsi lain, seperti untuk mengoptimalkan proses pendidikan musik hingga terapi masalah fisik dan jiwa.

”Misalnya, pasien dengan stroke itu impaired (terganggu) di kemampuan bicaranya. Bagian yang impaired (di otak) bisa di-bypass dengan bernyanyi,” kata Kezia dalam diskusi bertajuk ”Jakarta Sound Rhapsody: Dari Konser hingga Konseling, Menyingkap Tabir Musik sebagai Sarana Terapi dan Kesehatan”, Jumat (5/7/2024) malam, di Jakarta.

”Musik itu sesuatu yang terstruktur, stabil, dan bisa memberi stabilitas pada ritme tubuh kita,” tambahnya.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK) 27-09-2018 Anggota Sanggar Seni Wairanang memainkan Salam Sarane di halaman Gereja Protestan Maluku, Soya, Ambon, saat menyambut tamu gereja yang hendak menggelar peribadatan ulang tahun, Kamis (27/9/2018).

Ia lantas menunjukkan contoh terapi musik kepada seorang penyintas stroke dalam tayangan video. Sang klien kesulitan untuk menghafal nama-nama bulan. Setelah terapisnya menyanyikan lagu sederhana tentang nama bulan, sang klien terbantu dan setelahnya bisa menyebut nama-nama bulan dengan lancar.

Terapi ini juga pernah diterapkan Kezia pada pasien stroke yang mengalami afasia. Afasia adalah hilang atau menurunnya kemampuan individu untuk berkomunikasi karena kerusakan otak. Kemampuan komunikasi itu mencakup bicara, membaca, ataupun memahami bahasa lisan dan tulisan (Kompas.id, 4/4/2022).

Baca juga: Afasia, Saat Kata-kata Tak Mudah Dipahami dan Diucapkan

Sang klien kesulitan untuk merangkai kalimat dan mengucapkannya. Ia lantas diajak untuk menyanyikan lagu ritmis dengan lirik serupa kalimat percakapan, seperti Hello, my name is John/Nice to meet you/How are you?//.

Melodi pada lagu tersebut diusahakan semirip mungkin dengan intonasi percakapan sehari-hari. Ini untuk melatih kemampuan komunikasi klien.

Hal itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan University of Helsinki, Finlandia. Penelitian tersebut dipublikasi di jurnal eNeuro pada Mei 2024. Bernyanyi memberi efek positif pada pemulihan pasien afasia pascastroke. Hal ini didukung oleh reorganisasi struktural materi abu-abu (GM) dan materi putih (WM) yang berkaitan dengan persepsi sensorik dan jaringan komunikasi di otak (Kompas.id, 26/5/2024).

Baca juga: Bernyanyi Memperbaiki Jaringan Bahasa Pasien Pascastroke

Fisik dan jiwa

Selain terapi verbal, musik juga pernah digunakan untuk terapi fisik pada pasien stroke yang kesulitan berjalan dan menyeimbangkan diri. Semua genre musik bisa digunakan untuk terapi. Tak jarang genre musik disesuaikan dengan preferensi klien.

Kezia menambahkan, ia juga menangani klien dewasa dengan isu kesehatan mental, bipolar, depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Ada pula klien lansia dengan demensia, alzheimer, dan parkinson.

”Demand-nya (permintaan terapi musik) saya bisa bilang meningkat beberapa tahun ke belakang. Mulai banyak yang cari, apalagi dengan anak berkebutuhan khusus yang kian sering dijumpai. Para ahli kesehatan juga menyarankan agar anak berkebutuhan khusus dikasih aktivitas seni seperti musik,” ujar Kezia.

ABDULLAH FIKRI ASHRI Anak-anak mengintip kelompok musik Pat Im Langgeng yang melantunkan musik pat im khas China di Desa Dukuhwidara, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (8/2/2021). Meskipun bukan keturunan Tionghoa, grup musik ini turun-temurun melestarikan kesenian khas China itu.

Di sisi lain, jumlah terapis musik di Indonesia masih terbatas. Terapi juga butuh biaya yang tak murah dan waktu tak sebentar. Hal ini membuat terapi musik masih terkesan eksklusif.

Adapun biaya terapi berkisar Rp 250.000-Rp 500.000 per sesi. Tarif itu bisa bervariasi bergantung pada pengalaman terapis dan tingkat kesulitan kasus. Sementara itu, jumlah sesi yang mesti dijalani bergantung pada kondisi klien.

Mereka diajari cara berpikir, cara belajar agar bisa mencapai (hasil) pembelajaran terbaik.

Sementara itu, musik juga bisa disandingkan dengan ilmu psikologi. Menurut peneliti psikologi musik Lestika Madina Hasibuan, psikologi musik bisa membantu menelaah kondisi pemusik, misalnya, yang mengalami kecemasan sebelum atau saat tampil di panggung. Hasil telaah ini dapat membantu mengoptimalkan potensi musisi atau untuk membantu siswa yang belajar musik.

”Mereka diajari cara berpikir, cara belajar agar bisa mencapai (hasil) pembelajaran terbaik,” ujar Lestika yang juga salah satu pendiri komunitas Psikologi Musik Indonesia.

KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA Siswa belajar menabuh gamelan di Gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya KH Usman Perak, Jakarta Barat, Kamis (2/5/2024). Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat menggelar pelatihan seni musik Nusantara yang diikuti oleh 30 siswa jenjang SMP dan SMA. Para siswa akan belajar menabuh gamelan dan memainkan aransemen musik tradisional bernuansa Jawa, Sunda, serta daerah lainnya dalam pelatihan yang berlangsung hingga 15 Mei 2024.

”Sound healing”

Selain untuk terapi kesehatan jiwa, fisik, dan pendidikan, musik juga digunakan dalam praktik kesehatan holistik yang menghubungkan pikiran, tubuh, dan jiwa (mind, body, soul). Salah satu praktiknya adalah meditasi.

Bunyi dari musik berpengaruh ke gelombang otak yang membawa individu ke tingkat kesadaran tertentu.

Menurut produser musik Ammir Gita, sejak dulu musik digunakan dalam berbagai praktik spiritual ataupun religius di Indonesia. Musik menjadi sarana manusia untuk menjalin relasi vertikal dengan Yang Di Atas, misalnya melalui orgel di gereja atau singing bowl.

Di masa kini, musik juga menjadi salah satu sarana meditasi untuk ketenangan batin. Musik ini dibuat dengan instrumen atau dengan bantuan teknologi digital.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI Produser musik dan praktisi sound healing Ammir Gita memandu sejumlah peserta diskusi bertajuk "Jakarta Sound Rhapsody: Dari Konser hingga Konseling, Menyingkap Tabir Musik sebagai Sarana Terapi dan Kesehatan" untuk bermeditasi dengan iringan musik di Jakarta, Jumat (5/7/2024).

Menurut Ammir yang juga praktisi sound healing, bunyi dari musik berpengaruh ke gelombang otak yang membawa individu ke tingkat kesadaran tertentu. Gelombang gamma diasosiasikan dengan konsentrasi, gelombang alpha santai, gelombang theta sangat santai, dan gelombang delta tidur.

Ia menambahkan, praktik sound healing kian populer saat ini, terutama setelah pandemi Covid-19. Setelah pandemi, publik menjadi sadar akan pentingnya kesehatan holistik, tak hanya kesehatan fisik saja.

”(Praktik ini) sering dituduh klenik, apalagi di era sebelum pandemi dan kesehatan holistik belum populer,” ucap Ammir yang mewarisi ilmu sound healing dari ayahnya.

Baca juga: Usai Bergelut dengan Hidup, Kulari ke Ubud

Ia lantas memperagakan sound healing dengan meditasi. Peserta diminta untuk menarik napas dari hidung dan melakukan pernapasan perut. Tarik napas selama lima detik, lalu tahan napas selama lima detik, lalu embuskan dari hidung selama lima detik.

Selama proses bernapas terjadi, peserta akan diiringi dengan suara halus seperti singing bowl dari laptop Ammir. Suara tersebut ritmis, kemudian ditambah beberapa bunyi dari instrumen lain yang suaranya mirip alat musik pukul dan petik. Hasilnya, badan rileks dan kepala enteng.


Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.id/baca/gaya-hidup/2024/07/06/ragam-fungsi-musik-dari-terapi-pasca-stroke-hingga-kesehatan-jiwa