Cakupan PIN polio di Papua Pegunungan 1,9 persen, Papua Tengah 13,8 persen, dan Papua Selatan 31,3 persen.
Cakupan imunisasi di lokasi kejadian luar biasa atau KLB polio di wilayah Papua masih jauh dari target. Petugas puskesmas dilaporkan kesulitan menjangkau sejumlah daerah terpencil dan rawan gangguan keamanan. Di sisi lain, kendala akses jaringan internet membuat petugas kesulitan melaporkan hasil imunisasi.
Di Kabapaten Nduga, Papua Pegunungan, misalnya, pelaksanaan pekan imunisasi nasional (PIN) polio baru dimulai, Senin (3/6/2024), karena keterlambatan pengiriman logistik ke daerah tersebut. Padahal, pencanangan imunisasi untuk mencegah penyakit lumpuh layu ini telah dimulai sejak 27 Mei 2024.
Kabupaten Nduga menjadi salah satu daerah temuan kasus polio tipe 2 pada anak laki-laki berusia 6 tahun tanggal 9 Maret 2024. Selain itu, ada juga laporan kasus polio tipe 2 pada anak perempuan usia 11 tahun di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, 25 April 2024. Adapun pada Februari 2024 juga dilaporkan satu kasus polio tipe 1 pada anak usia 9 tahun di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Baca juga: Tiga Kasus Polio Baru Ditemukan di Papua
”Karena keterlambatan logistik, jadi petugas puskesmas di Nduga baru turun minggu ini. Di sisi lain, ada kendala akses internet sehingga data hasil imunisasi hanya bisa dikirim manual. Namun, paling penting petugas terus fokus menjangkau imunisasi ini,” kata Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Papua Pegunungan Darbi Kiwo saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Selasa (4/6/2024).
KOMPAS/NASRUN KATINGKA Pemberian vaksin tetes Novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) kepada anak di SDN Inpres Yoka Pantai, Kampung Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Senin (3/6/2024).
Jika melihat cakupan PIN polio wilayah Papua, per 3 Juni 2024, di Papua Pegunungan baru mencapai 1,9 persen. Adapun Papua Tengah sebesar 13,8 persen dan Papua Selatan sebanyak 31,5 persen. Sementara itu, wilayah lain juga masih jauh dari target, yakni Papua Barat Daya (40,1 persen), Papua Barat (35,4 persen) dan Papua (21,8 persen).
Pelaksanaan imunisasi yang dibagi dalam dua tahap dengan dua jenis vaksin tetes, masing-masing novel oral polio vaccine type 2 (nOPV2) dan bivalen oral polio vaccine (bOPV) berlangsung hingga akhir pekan ini. Masing-masing vaksin ini ditargetkan minimal 95 persen diberikan kepada anak 0-7 tahun.
Darbi turut menyampaikan, selain kendala distribusi logistik, pihaknya juga menemukan kendala lambannya koordinasi perangkat daerah di tingkat kabupaten, seperti yang terjadi di Yahukimo. Ia menuturkan, pimpinan perangkat daerah terkait tidak berada di Yahukimo saat pelaksanaan PIN Polio, sehingga petugas lapangan tidak bisa melakukan imunisasi.
Baca juga: Hanya 18,5 Persen Anak Dapatkan Vaksin Polio di Papua, Puskesmas Belum Maksimal
“Selain itu, kendala daerah rawan konflik juga membuat petugas puskesmas sulit menjangkau sejumlah daerah. Tetapi, kami akan terus kejar cakupan ini kendati melewati batas waktu,” ujarnya.
Kendala seperti di Papua Pegunungan juga dilaporkan di lokasi KLB lain, yakni Papua Tengah. Di Mimika, misalnya, daerah dengan temuan kasus polio ini juga masih menunjukkan cakupan imunisasi rendah, yakni 28,3 persen.
DINAS KESEHATAN PAPUA TENGAH Pemberian vaksin tetes Novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) dalam PIN polio di Kabupaten Paniai, Papua Tengah, Selasa (4/6/2024).
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Papua Tengah Yohanes Tebai mengungkapkan, sejumlah daerah masih sulit dijangkau oleh petugas, termasuk beberapa distrik di pedalaman Mimika.
Selain itu, ada pula daerah rawan konflik bersenjata, seperti Paniai, Deiyai, Puncak Jaya, dan Intan Jaya, yang sulit dijangkau petugas kesehatan. ”Angka cakupan kami masih sangat rendah. Angkanya bisa lebih, tetapi di lapangan petugas kesulitan memberikan laporan di aplikasi sehingga datanya hanya bisa dikirim secara manual,” tutur Yohanes.
Baca juga: BAB Sembarangan Masih Tinggi di Sejumlah Daerah Papua
Kondisi anak polio
Sementara itu, Yohanes juga menyampaikan kondisi terbaru dari anak yang mengalami lumpuh layu di Mimika. Setelah dirawat di RSUD Mimika, saat ini anak tersebut telah kembali ke orangtua dengan kondisi semakin membaik dan mulai bisa berjalan dengan alat bantu.
”Adapun hasil penyelidikan epidemiologi, di lokasi anak itu sering mandi dan buang air, ditemukan delapan anak lain juga positif polio, tetapi kondisi mereka tidak sampai lumpuh parah dan telah mendapat penanganan,” katanya.
Berbagai kondisi yang ada, lanjut Yohanes, membuat wilayah di Papua rentan akan risiko berbagai KLB penyakit. Pemerintah masih terus berkoordinasi mencari jalan keluar menuntaskan permasalahan aksesibilitas, gangguan keamanan, hingga kebiasaan dan kepercayaan lokal yang menghambat pelayanan dasar kesehatan.
KOMPAS/NASRUN KATINGKA Pemberian vaksin tetes Novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) kepada anak di SDN Inpres Yoka Pantai, Kampung Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Senin (3/6/2024).
Kondisi risiko KLB penyakit di Papua juga menjadi perhatian Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef). Kepala Unicef Perwakilan Papua Aminuddin M Ramdan mengungkapkan, percepatan imunisasi menjadi salah satu hal dasar yang perlu segera dipenuhi untuk mencegah berbagai risiko KLB.
Ada kendala akses internet sehingga data hasil imunisasi hanya bisa dikirim manual. Namun, paling penting petugas terus fokus menjangkau imunisasi ini.
Ia mengingatkan, sejak 2019 hingga 2024 berbagai KLB penyakit terjadi di wilayah Papua, mulai dari polio, campak, malaria, rubella, hingga difteri. ”Kami selalu mengingatkan setiap tahun selalu ada KLB. Di sisi lain, selain imunisasi, juga perlu diikuti dengan penyuluhan pola hidup sehat, seperti stop BAB sembarangan,” kata Aminuddin.
Apalagi jika berdasarkan data Unicef yang dihimpun dari pemda-pemda di Papua, mayoritas daerah memiliki persentase rendah dalam stop BAB sembarang. Sejumlah daerah memiliki persentase di bawah 1 persen, seperti Kabupaten Jayawijaya 0,90 persen, Tolikara 0,90 persen, Asmat 0,90 persen, dan Lanny Jaya 0,85 persen.
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/06/04/petugas-imunisasi-di-lokasi-klb-polio-papua-terkendala-akses-nduga-baru-mulai-berjalan