(REN)
Jakarta: Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN ), Indi Dharmayanti, mengatakan pihaknya mendukung teknologi stem cell sebagai pengobatan berbagai penyalit degeneratif. Kemajuan dalam bidang penelitian stem cell atau sel punca berdampak bagi terapi penyakit berbasis sel yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan konvensional.Stem cell dengan pembaruan diri yang tidak terbatas dan potensi untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel lain mewakili sel induk sebagai garis depan pengobatan regeneratif.“Saat ini, perkembangan teknologi stem cell dan turunannya dalam uji klinis serta uji preklinis dilaporkan telah memberikan dampak signifikan pengobatan yang baik untuk berbagai penyakit regeneratif,” kata Indi dalam sambutannya pada Webinar Pusat Riset Biomedis dengan tema “Stem Cell and Tissue Engineering in 3D: Game Changer and Regenerative” dikutip dari laman brin.go.id, Senin, 15 Juli 2024.Indi menjelaskan teknologi rekayasa jaringan dan kemajuan dalam teknologi gen editing mendukung remodeling stem cell secara ex vivo yang ditumbuhkan menjadi organoid 3D dan struktur jaringan. Hal ini dapat diaplikasikan secara khusus antara lain sebagai penghasil terapi tanpa sel, aplikasi untuk uji in vitro biomaterial, dan pengembangan organoid 3D.Dia menuturkan terapi sel melibatkan transplantasi sel manusia untuk menggantikan atau memperbaiki jaringan yang rusak dan memodulasi mekanisme yang mendasari permulaan dan perkembangan penyakit dalam tubuh. Hal ini membuat pengobatan regeneratif memiliki potensi yang sangat besar untuk berbagai penyakit dengan kebutuhan klinis yang belum terpenuhi, meliputi terapi sel dan gen serta aplikasi rekayasa jaringan.Tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap terapi berbasis sel ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah uji klinis yang sedang berlangsung dan direncanakan di seluruh dunia. "Meskipun tingkat keberhasilan peralihan dari laboratorium ke klinik relatif lambat, ekspektasi, optimisme terhadap bidang ini tetap besar,” tutur dia.Pemerintah Indonesia turut mendorong riset di bidang teknologi kesehatan dengan memberikan insentif, pendanaan dan memfasilitasi dengan regulasi yang mendukung inovasi teknologi dalam rangka kemandirian bahan baku, baik untuk diagnosa penyakit, alat kesehatan, vaksin dan obat.BRIN membuka berbagai macam skema pendanaan untuk riset terkait teknologi yang dapat dimanfaatkan di bidang kesehatan termasuk pengembangan sel punca yang digunakan dalam bidang kedokteran/kesehatan. Penggunaan sel punca dan produknya untuk tujuan promotif, preventif, skrining, penegakan diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan jangka panjang.Salah satu fokus riset dalam Prioritas Riset Nasiomal (PRN) 2020-2024 adalah “Riset Kesehatan dan Obat”. Riset ini bertujuan melakukan kegiatan riset yang dinilai penting untuk menjawab beragam persoalan dan isu-isu strategis, sehingga dapat meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.“PRN 2020-2024 diarahkan terutama untuk mendukung agenda prioritas Nawa Cita ketiga yaitu Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing," tutur Indi.Hal ini dititikberatkan pada pemenuhan layanan dasar. Misalnya, pemerataan layanan pendidikan berkualitas dan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta.Indi berharap webinar ini dapat berbagi informasi terkait penggunaan stem cell sebagai model in vitro untuk uji biocompatible. Dia juga berharap webinar ini memberikan informasi produksi stem cell yang diaplikasikan sebagai kandidat obat, serta memberikan informasi mengenai pengembangan stem cell untuk model organoid 3D culture.
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.medcom.id/pendidikan/riset-penelitian/GKdP7XrK-pengobatan-stem-cell-berdampak-signifikan-brin-dorong-lebih-banyak-riset