4. Pakar Australia dari Melbourne menyebutkan bahwa bukan tidak mungkin perburukan berlangsung cepat. Seseorang bisa awalnya kelihatan sehat-sehat saja, lalu langsung memburuk.
5. Pemerintah Jepang sendiri melakukan monitoring aktif situasi penyakit ini, dan meningkatkan penyuluhan kesehatan ke masyarakat Jepang.
6. Pemerintah Amerika Serikat melalui Center of Diseases Control and Prevention (CDC) menyampaikan bahwa yang termasuk kelompok risiko tinggi terkena STTS adalah kaum lansia, mereka yang punya luka terbuka dan juga pasien-pasien yang baru menjalani pembedahan.
7. WHO pada Desember 2022 pernah pula melaporkan peningkatan kasus invasive Group A Streptococcus (iGAS) di Prancis, Irlandia, Belanda, Swedia dan Inggris, utamanya pada anak-anak, hanya memang tidak seperti peningkatan di Jepang sekarang ini.
Perkembangan yang ada di Jepang tentu perlu diamati mendalam. Perlu melakukan antisipasi dengan baik dan tidak mengabaikannya begitu saja, tapi di sisi lali kita tidak perlu harus khawatir berlebihan pula. Harus disadari bahwa berbagai penyakit masih akan tetap bermunculan, dan kewaspadaan senantiasa dari aparat kesehatan merupakan salah satu kunci pengendaliannya, di dunia dan juga di negara kita.
Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.liputan6.com/health/read/5631756/kolom-pakar-prof-tjandra-yoga-aditama-5-hal-tentang-bakteri-pemakan-daging-dan-7-langkah-antisipasi-berbagai-negara