Kasus flu burung mengancam masyarakat. Kewaspadaan perlu ditingkatkan, terutama dalam surveilans dan deteksi dini.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi dihubungi di Jakarta, Senin (10/6/2024), mengatakan, kasus flu burung pada manusia terakhir kali dilaporkan di Indonesia pada 2017. Sejak itu, belum ada lagi kasus flu burung yang dilaporkan. Meski begitu, sejumlah daerah kini masih menjadi daerah endemis flu burung untuk penularan pada unggas.
JAKARTA, KOMPAS — Kasus flu burung pada manusia telah dilaporkan di sejumlah negara. Bahkan, kasus flu burung subtipe H5N2 yang pertama kali ditemukan pada manusia telah dilaporkan pada awal bulan ini. Oleh karena itu, semua pihak perlu meningkatkan kewaspadaanya, terutama dalam surveilans dan deteksi dini.
Fandiari, staf kesehatan hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sidrap mengubur ratusan ayam yang mati terserang flu burung di Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang, Sidrap, Sulawesi Selatan, Rabu (13/7).
Meski demikian, sejumlah negara telah melaporkan adanya kasus flu burung pada manusia. Dari catatan Kementerian Kesehatan, selama 2024 ini kasus flu burung H5N1 telah dilaporkan di China, Vietnam, Kamboja, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Era Baru Flu Burung
Pada awal Juni ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan adanya penularan flu burung subtipe H5N2 untuk pertama kalinya pada manusia di Meksiko. Kasus tersebut telah dilaporkan meninggal akibat komplikasi penyakit yang ditimbulkan.
Kewaspadaan akan penularan flu burung semakin diperlukan karena penularannya yang kian luas. Penularan flu burung pada hewan dilaporkan tidak lagi sebatas terjadi pada unggas, tetapi juga mamalia, seperti cerpelai, anjing laut, dan sapi.
”Flu burung merupakan salah satu zoonosis yang perlu mendapat perhatian meski kasus terakhir di Indonesia dilaporkan pada 2017. Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan surat edaran terkait dengan peningkatan kewaspadaan kejadian luar biasa flu burung di Indonesia,” kata Imran.
Flu burung merupakan salah satu zoonosis yang perlu mendapat perhatian meski kasus terakhir di Indonesia dilaporkan pada 2017.
Dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor 1580 Tahun 2024 tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa disebutkan, kewaspadaan perlu ditingkatkan, terutama oleh pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, laboratorium kesehatan masyarakat, masyarakat luas, serta pemangku kepentingan terkait lainnya.
Pemerintah daerah, khususnya dinas kesehatan, diminta untuk meningkatkan surveilans infeksi pernapasan akut berat dengan faktor risiko untuk deteksi dini kasus suspek flu burung. Adapun faktor risiko tersebut ialah adanya kontak dengan unggas, hewan mamalia, atau lingkungan yang terkontaminasi.
Baca juga: Virus Flu Burung Terus Bermutasi, Risiko Penularan ke Manusia Meningkat
Upaya kewaspadaan lainnya dilakukan dengan meningkatkan kapasitas petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, dan laboratorium kesehatan untuk pemeriksaan, deteksi, dan tata laksana kasus flu burung. Kewaspadaan dini juga diperlukan jika ditemukan kasus suspek flu burung di daerah yang mengalami kejadian luar biasa flu burung pada unggas.
CEN SEP DK RG MG Ayam-ayam di salah satu peternakan organik di Iowa, Amerika Serikat, 21 Oktober 2015. Otoritas Pertanian Iowa mengumumkan pada Senin (31/10/2022), terdapat satu lagi peternakan komersial di negara bagian itu yang terinfeksi flu burung. Kasus flu burung di peternakan komersial pertama kali teridentifikasi pada April 2022.
Sementara fasilitas kesehatan, baik rumah sakit, puskesmas, maupun pelayanan kesehatan lainnya, diminta untuk memperkuat kewaspadaan standar untuk mencegah dan mengendalikan infeksi. Kemampuan rumah sakit jejaring pengampuan pelayanan penyakit infeksi baru pun perlu ditingkatkan.
”Bagi masyarakat, pastikan untuk tetap melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Cuci tangan dengan sabun, gunakan alat pelindung apabila menangani atau mengolah unggas, laporkan segera jika ada unggas yang mati mendadak, serta cepat datang ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala flu burung,” ujar Imran.
Gejala
Adapun gejala awal flu burung yang umum terjadi ialah batuk dan demam. Pada kondisi yang lebih buruk dapat menyebabkan kesulitan bernapas sehingga kematian. Tingkat kematian kasus (CFR) kasus flu burung mencapai 80 persen.
Dihubungi terpisah, epidemiolog dan peneliti keamanan kesehatan Griffith University, Dicky Budiman, menyampaikan, gejala lain yang kini juga patut diwaspadai ialah adanya konjungtivitis atau mata merah. Gejala ini yang banyak ditemukan pada kasus flu burung yang terjadi pada pekerja peternakan di AS.
”Sekarang ini juga ditemukan kasus dengan gejala infeksi saluran napas. Ini salah satu tanda yang amat serius. Ketika ada infeksi saluran napas di manusia, potensi penularan antarmanusia itu akan semakin besar. Ini bisa jadi potensi pandemi,” ujarnya.
KOMPAS/INGKI RINALDI Sejumlah petugas dan pemilik peternakan, 6 Februari, memusnahkan ratusan itik di Korong Kampung Lintang, Nagari Sunur, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat.
Antisipasi penularan flu burung pada manusia harus semakin ditingkatkan. Berbagai riset menunjukkan, penularan flu burung pada hewan sudah banyak ditemukan pada mamalia. Hal ini membuat risiko penularan pada manusia pun semakin tinggi.
Bagi kelompok berisiko tinggi, kewaspadaan sekarang tidak lagi hanya untuk pekerja di peternakan unggas. Penularan yang banyak ditemukan pada mamalia membuat pekerja di peternakan lain, seperti peternakan sapi, juga perlu meningkatkan kewaspadaannya. Kewaspadaan ini berlaku juga pada pedagang dan konsumen.
Dicky menganjurkan, kelompok berisiko tinggi bisa mendapatkan vaksin influenza secara rutin. Meskipun tidak spesifik dapat mencegah flu burung, proteksi vaksin ini terhadap penularan influenza setidaknya dapat mencegah adanya infeksi silang ataupun potensi terjadinya mutasi virus.
Baca juga: Wabah Flu Burung yang Meluas pada Mamalia Berisiko bagi Manusia
”Masyarakat perlu semakin diedukasi untuk mencegah penularan flu burung. Konsumsi makanan dan minuman yang sehat. Jika kontak dengan hewan di alam liar, seperti burung, harus segera melapor ke petugas kesehatan, apalagi jika muncul gejala. Untuk perjalanan ke luar negeri juga sebaiknya hindari daerah seperti peternakan yang sedang mengalami wabah flu burung,” tuturnya.
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/06/10/kewaspadaan-akan-penularan-flu-burung-ditingkatkan?open_from=Section_Terbaru