Jayapura, Jubi – Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Jayapura terus berupaya menanggulangi penularan malaria. Penanggulangan selama ini baru berhasil menekan sebanyak dua ribu kasus dalam setahun.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jayapura Pungut Sunarto mengatakan ada 45 ribu kasus malaria di daerah itu pada 2023. Angka tersebut mulai menurun daripada tahun sebelumnya, yang sebanyak 47 ribu kasus.
“Kasus [malaria] yang ditemukan pada 2023 lebih sedikit daripada 2022. Namun, penurunannya belum signifikan [hanya dua ribu kasus setahun]. Karena itu, kami akan terus berupaya mengendalikannya [penularan malaria],” kata Pungut, Sabtu (27/4/2024).
Pungut mengatakan mereka telah berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung Kabupaten Jayapura dalam penanggulangan malaria. Koordinasi itu berkaitan sosialisasi dan keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk di permukiman penduduk.
“Pengendalian malaria membutuhkan peran aktif seluruh masyarakat. Mereka bisa bekerja bakti dalam membersihkan lingkungan untuk mengendalikan vektor [perkembangbiakan nyamuk anopheles, penular malaria],” kata Pungut.
Penanggulangan penularan malaria juga terus digencarkan Pemkab Biak Numfor. Mereka menggandeng lembaga internasional Global fund dalam menyediakan kelambu insektisida untuk mencegah penularan malaria.
“Kelambunya gratis. Pembagiannya diprioritaskan untuk distrik atau kampung yang masih tinggi angka kesakitan malarianya,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Biak Numfor Ruslan Epid.
Ruslan mengatakan mereka juga menargetkan tiga distrik menjadi daerah bebas atau tereliminasi dari penularan malaria. Distrik itu ialah Biak Kota, Samofa, dan Yendidori. Mereka akan menyusul Distrik Biak Utara yang telah dinyatakan bebas dari penularan malaria.
“Biak Utara sudah tereliminasi dari Malaria sejak 2023. Pada Tahun ini, Dinkes akan menambah lagi distrik untuk eliminasi [yang dinyatakan bebas dari] malaria,” ujar Ruslan.
Menurutnya, salah satu syarat sebuah daerah dinyatakan bebas dari malaria ialah tidak terjadi lagi penularan selama tiga tahun berturut-turut. Selain itu, penemuan kasusnya kurang dari lima persen dalam setiap pemeriksaan, dan jumlah penderita malarianya kurang dari 1 per 1.000 penduduk.
Papua masih endemis
Pemerintah menargetkan Indonesia terbebas dari penularan malaria pada 2030. Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi penurunan angka penularan malaria sekitar 25 ribu kasus dalam setahun terakhir. Namun, Indonesia masih menempati posisi kedua, setelah India sebagai negara dengan kasus malaria tertinggi di Asia.
“Angka malaria di Indonesia sebanyak 418.546 kasus pada 2023, menurun jika dibandingkan dengan 2022, yakni 443.530 kasus. Kasus Malaria di Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia, nomor dua setelah India ” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi, Kamis, 25 April 2024.
World Malaria Report 2023 melaporkan India dan Indonesia masih menyumbang sekitar 94 persen angka kematian akibat malaria di Asia. Berdasarkan data mereka, angka malaria Indonesia justru meningkat sekitar 217 ribu kasus dalam satu dekade terakhir, sejak 2015.
Menurut Imran, peningkatan kasus tersebut karena makin membaiknya sistem pencatatan dan pelaporan surveilans malaria di rumah sakit maupun puskesmas. Selain itu, tingginya peningkatan dalam penemuan kasus malaria oleh kader pemberantasan malaria.
Dia memastikan capaian program eliminasi malaria masih dalam jalur yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pada 2023, misalnya, dari target 385 kabupaten/kota, ada 389 dinyatakan telah tereliminasi dari malaria. Sementara itu, pada tahun ini tercatat sebanyak 393 kabupaten/kota hingga Maret, dari 405 target.
Berdasarkan data Kemenkes, sekitar 369 ribu dari 418.546 kasus malaria di Indonesia pada 2023 ditemukan di Papua, Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan. Karena itu, penanggulangan malaria diprioritaskan bagi empat provinsi tersebut.
“Kawasan [Tanah] Papua dan Nusa Tenggara merupakan daerah dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia. Wilayah Sumba, dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur [kawasan Ibu Kota Nusantara] juga masih menjadi daerah penularan malaria di Indonesia,” kata Imran.
Menurutnya, penanggulangan malaria di masa mendatang akan lebih menantang karena daerah yang menjadi endemis dan belum terelimasi dari malaria berada di kawasan timur Indonesia. Faktor geografis serta kondisi infrastruktur dan sarana pendukung menjadi tantangan dalam mengintervensi penanggulangan malaria. (*)
Dilansir dari dan telah tayang di: https://jubi.id/penkes/2024/kasus-malaria-mulai-menurun-di-kabupaten-jayapura-dan-biak-numfor/