Kasus DBD Meningkat di Bantul, Cuaca Ekstrem Jadi Penyebabnya
Harianjogja.com, BANTUL—Kasus Demam Berdarah (DBD) di Bantul pada Januari-April 2024 setara dengan jumlah kasus selama tahun 2023. Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul menduga cuaca ekstrem menjadi penyebab peningkatan kasus tersebut.
Berdasarkan catatan Dinkes Bantul jumlah jumlah penderita DBD pada Januari-April 2024 ada sekitar 130 orang. Sementara jumlah penderita DBD di Bantul tahun 2023 mencapai 133 orang.
BACA JUGA: Pilkada Bantul: Bawaslu Buka Pendaftaran Panwascam untuk 5 Kecamatan, Ini Syaratnya
“Kasus DBD sampai bulan Mei [2024] ada peningkatan dibandingkan tahun lalu. Sekarang [kasus DBD] jumlahnya sudah menyamai satu tahun kemarin,” ujarnya di Pendopo Parasamya Pemkab Bantul, Jumat (3/5/2024).
Menurut Agus rentang usia pasien yang terkena DBD beragam, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Agus menilai kenaikan kasus DBD tersebut disebabkan lantaran cuaca ekstrem yang terjadi belakangan. Menurutnya, ketika cuaca panas terik lalu berubah menjadi hujan, berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk.
“Cuaca ekstrem ini berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk. Saat musim hujan, [perkembangbiakan nyamuk] cukup tinggi karena ada genangan air,” ujarnya.
Dia menyampaikan Kapanewon Pleret menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi pada awal tahun ini. Disana ada 34 kasus demam berdarah. Sementara Kapanewon Imogiri menduduki peringkat kedua kapanewon dengan kasus DBD tertinggi dengan 27 kasus.
Sementara menurut Agus meski kasus DBD pada awal tahun ini meningkat drastis dibandingkan tahun lalu, menurutnya tidak ada kasus pasien yang meninggal karena DBD.
“[Pasien DBD] enggak ada yang meninggal, semua [pasien DBD] yang didiagnosa DBD tidak ada kematian,” katanya.
Agus menilai tingginya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ketika mengalami gejala DBD menjadi penyebab tidak ada kasus pasien DBD yang meninggal. Selain itu, menurut Agus, pelayanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang tepat juga menjadi penyebab tidak ada pasien yang terlambat mendapatkan penanganan.
BACA JUGA: Pemkab Bantul Minta ASN Bikin Biopori dan Memilah Sampah Rumah Tangga
Menurut Agus, pihaknya melakukan upaya pengasapan (fogging) untuk mengantisipasi kasus DBD terus meningkat. Dia juga mengimbau agar warga melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang yang berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. (Stefani Yulindriani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di sini!
Dilansir dari dan telah tayang di: https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2024/05/03/511/1173277/kasus-dbd-meningkat-di-bantul-cuaca-ekstrem-jadi-penyebabnya