Kasus DBD Masih Naik, Hati-Hati Penularan saat Mudik Lebaran


Ancaman demam berdarah terjadi di mana saja dan kapan saja, termasuk ketika mudik Lebaran. Untuk itu, tetaplah waspada.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi dihubungi di Jakarta, Kamis (4/4/2024) menuturkan, kenaikan kasus demam berdarah dengue masih belum mencapai puncaknya. Kenaikan itu diperkirakan masih akan terjadi hingga April 2024.

JAKARTA, KOMPAS– Kasus demam berdarah dengue di Indonesia dilaporkan masih mengalami peningkatan. Karena itu, masyarakat harus tetap waspada. Lakukan berbagai pencegahan, termasuk saat mudik Lebaran 2024.

Pasien demam berdarah dengue dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr TC Hillers Maumere pada Jumat (28/2/2020) pagi. Sepanjang tahun ini, tujuh warga Sikka meninggal akibat demam berdarah dengue.

Karena itulah, ancaman penularan demam berdarah masih terjadi di masyarakat. Di musim mudik Lebaran ini, masyarakat diimbau untuk tidak lengah dan tetap memperkuat upaya pencegahan dan deteksi dini demam dengue.

Baca juga: Kematian akibat Demam Berdarah pada Awal Tahun Ini Lebih Tinggi

Sebelum berangkat mudik ke kampung halaman, Imran mengimbau agar masyarakat tidak lupa untuk mengosongkan ataupun menutup bak air yang ada di rumah. Bak air yang terisi bisa menjadi sarang perindukan nyamuk.

KOMPAS/RIZA FATHONI Petugas melakukan pengasapan untuk mencegah mewabahnya demam berdarah di perumahan di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Sabtu (27/10/2018). Selain pengasapan, masyarakat diimbau tetap menjaga kebersihan lingkungan karena gaya hidup bersih tetaplah merupakan pencegahan paling efektif.

Selain itu, upaya pencegahan juga perlu dilakukan saat tiba di tempat tujuan mudik. Hindari gigitan nyamuk saat mudik dengan menggunakan repellent atau lotion anti nyamuk. Gunakan juga baju lengan panjang agar terhindar dari gigitan nyamuk.

“Bila ada gejala awal seperti demam tinggi dan badan nyeri-nyeri diharapkan untuk segera ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa dan didiagnosa penyakit apa,” katanya. Deteksi dini demam berdarah sangat penting untuk mencegah terjadinya syok dan perburukan akibat demam dengue.

Hindari gigitan nyamuk saat mudik dengan menggunakan repellent atau lotion anti nyamuk. Gunakan juga baju lengan panjang agar terhindar dari gigitan nyamuk.

Data Kementerian Kesehatan hingga pekan ke-13 tahun 2024 melaporkan kasus demam dengue di Indonesia telah mencapai 53.131 orang dengan kasus kematian sebanyak 404 orang. Dari sistem pemantauan penyakit, Kota Bandung tercatat dengan jumlah kasus dengue terbanyak yakni 1.741 kasus.

Wilayah lain yang juga dilaporkan dengan kasus tinggi, yakni Kota Kendari (1.195 kasus), Kabupaten Bandung Barat (1.143 kasus), Kota Bogor (939 kasus), dan Kabupaten Subang (909 kasus).

Sementara itu, sebaran kasus kematian akibat demam dengue paling banyak dilaporkan di Jepara (17 kematian), Subang (15 kematian), Kabupaten Bandung (14 kematian), Kendal (13 kematian), dan Bogor (12 kematian).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, meskipun kasus dengue mengalami peningkatan, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR) masih berada pada ambang batas aman. “Untuk kondisi sekarang, BOR masih aman. Masih ada bed (tempat tidur) yang kosong, juga ruang ICU masih tersedia,” tuturnya.

Ia mengajak masyarakat untuk semakin memperkuat upaya pencegahan, terutama dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Penularan demam dengue dapat ditekan dengan mengendalikan sumber vektor penularan, yakni nyamuk Aedes aegypti.

Hal utama yang bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M (menguras, mengubur, menutup) plus secara berkala dan menyeluruh, terutama saat musim hujan seperti saat ini. Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan menguras bak penyimpanan air, menutup bak penyimpanan air, dan mengubur atau mendaur ulang barang-barang yang berpotensi untuk menampung air.

Baca juga: Masyarakat Diimbau Tak Panik, Menkes: Kematian akibat DBD Tergolong Rendah

“Mulai sekarang, cek kebersihan di rumah maupun lingkungan sekitar, jangan sampai ada barang-barang yang berpotensi menimbulkan genangan air. Kalau dibiarkan nanti bisa jadi tempat berkembang biak nyamuk dengue,” ujar Maxi.

Nyamuk Wolbachia

Maxi mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir akan pengembangan nyamuk Wolbachia yang kini sedang diuji coba di beberapa wilayah di Indonesia. Penyebaran nyamuk ber-wolbachia tidak ada kaitannya dengan tingkat keganasan nyamuk Aedes aegypti.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA) Petugas membawa ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia dalam acara peluncuran rencana perluasan manfaat nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta di Kantor Kelurahan Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta, Rabu (2/9/2020). Menurut WMP Yogyakarta, jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue telah turun 77 persen di lokasi yang mendapat intervensi wolbachia.

Nyamuk ber-Wolbachia justru dapat membantu menurunkan angka penularan. Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue sehingga kemampuan nyamuk untuk menularkan demam berdarah menjadi berkurang.

Maxi menuturkan, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia rencananya akan dijalankan di lima kota, yakni Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat. Kelima tempat ini dipilih dengan mempertimbangkan kesiapan pemangku kepentingan dan masyarakat setempat.

“Sampai saat ini, pelaksanaan tersebut belum menyeluruh di semua wilayah,” kata Maxi.

Di Kota Semarang, penyebaran nyamuk ber-wolbachia dilakukan di 4 kecamatan, Kota Bontang di 3 kecamatan, dan Kota Kupang di 1 kecamatan. Di Bandung, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia baru dilakukan di satu kelurahan. Sementara di Jakarta Barat masih belum dilaksanakan.

Baca juga: Memahami Nyamuk ”Wolbachia”

Berdasarkan hasil evaluasi selama ini, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di wilayah yang sudah dilakukan penyebaran masih belum optimal. Jumlah nyamuk ber-Wolbachia di alam masih sekitar 20 persen. Jumlah itu masih di bawah persentase yang ideal dicapai sebesar 60 persen di alam.

“Setelah populasinya mencapai 60 persen, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun dan seterusnya,” tutur Maxi.

Baca juga: DBD Meningkat Drastis, Apakah Tren Siklus Wabah Tiga Tahunan Berubah?

Sebelumnya, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta. Sejak pertama kali disebar pada tahun 2017, nyamuk ber-wolbachia telah terbukti mampu menurunkan 77 persen angka kejadian dengue dan 86 persen kejadian masuk rumah sakit.


Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/04/04/kasus-dbd-masih-naik-hati-hati-penularan-saat-mudik-lebaran