Penulis : Angenia Itoniat Zega SKep Ns & Dr Evi Karota SKp MNS
(Program Studi Magister Ilmu Keperawatan USU)
Realitasonline.id| Demam Berdarah (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang sebelumnya terinfeksi virus dengue dari penderita demam berdarah lainnya.
Di Indonesia sendiri vektor pembawa penyakit umumnya nyamuk Aedes aegypti betina dikenal sebagai nyamuk demam berdarah memiliki ciri khas tubuh dan tungkainya ditutupi sisik bergaris putih keperakan biasanya aktif di pagi dan sore hari pada tempat yang lembab dan di permukaan air yang menggenang.
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia yang setiap tahunnya memiliki jumlah kasus yang masih tinggi(Kemenkes, 2023).
Baca Juga: Dampak Peningkatan Usia Harapan Hidup Penduduk Indonesia Terhadap Struktur Demografi dan Perwatan Lanjut Usia di Sumatera Utara
World Health Organization (WHO) 2022, mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.
Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk yang memudahkan penularan DBD dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan juga akan mempengaruhi penularan DBD.
Penderita penyakit DBD di Sumut meningkat pada tahun 2022 ada 8.541 kasus, diantara 33 wilayah ada 10 kabupaten dan kota yang tercatat dengan kasus tertinggi, yakni Medan, Deli Serdang, Pematangsiantar, Gunung Sitoli, Simalungun, Batu Bara, Serdang Bedagai, Langkat, Nias Utara dan Kota Binjai.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara mencatat, Kasus kumulatif demam berdarah dengue (DBD) di Sumatera Utara (Sumut) tahun 2023 cenderung menurun dibandingkan tahun 2022 karena kemampuan mendeteksi penyakit itu sudah baik sampai ke tingkat Puskesmas.
Baca Juga: 50 Tahun Nurses Day, Pj Walikota Padangsidimpuan: Perawat Garda Terdepan Bidang Kesehatan.
Hingga tanggal 10 Januari 2024 ada sebanyak 4.452 orang sedangkan tahun 2022 sebanyak 8.541 orang, pada tahun 2021 penderita DBD berjumlah 2.922 kasus, meninggal 14 orang. Sedangkan pada 2020 mencapai 3.191 kasus, meninggal 12 orang.
Selain itu, untuk wilayah dengan kasus paling tinggi adalah Medan total jumlah 965 kasus, diikuti Deli Serdang 665 kasus dan Simalungun 403 kasus.
Indikator DBD dengan angka kesakitan (incidence rate/IR) kabupaten/kota tertinggi yaitu Gunungsitoli (26,1 per 100.000 penduduk), Pakpak Barat (84 per 100.000 penduduk), dan Nias (77 per 100.000 penduduk).
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.realitasonline.id/medan/102412834031/epidemiologi-dbd-di-sumatera-utara