Skrining Tuberkulosis pada Balita dengan Malnutrisi di Kota Semarang
SEMARANG Risiko menderita penyakit Tuberkulosis paling tinggi berada pada kelompok anak dengan malnutrisi atau kondisi immunosupresan. Hal ini dikarenakan Tuberkulosis ditularkan ketika penderita mengeluarkan bakteri ke udara saat bernafas dan batuk serta sebagian kecil dari orang yang terpapar bakteri Tuberkulosis akan sakit Tuberkulosis aktif, di sisi lain sekitar 50% dari orang yang terpapar akan terinfeksi secara laten. Orang-orang dengan kondisi medis yang membuat imunitas mereka lemah memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita Tuberkulosis aktif setelah terinfeksi bakteri, termasuk balita dengan berat badan kurang, stunting, dan wasting. Dengan tingginya proporsi Tuberkulosis pada anak di Kota Semarang maka diperlukan upaya deteksi dini atau skrining.
Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan skrining Tuberkulosis pada balita dengan malnutrisi pada tanggal 11 Juli 2024 di Puskesmas Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Skrining ini dilakukan bekerja sama dengan USAID BEBAS TB Jawa Tengah dengan tujuan untuk menemukan kasus lebih dini agar dapat ditangani sedini mungkin. Peserta skrining adalah 87 balita malnutrisi yang tinggal di wilayah Puskesmas Padangsari, Srondol, Pudakpayung, Ngesrep, Gunungpati, dan Sekaran.
Rangkaian pemeriksaan yang dilakukan adalah:
Anamnesa gejala dan faktor risiko Pengukuran antropometri Rontgen dada Tes tuberkulin Konsultasi dengan Dokter Spesialis Anak
Dalam kegiatan skrining ini, didapatkan hasil 5 balita positif terdiagnosis Tuberkulosis dan langsung diberikan tindaklanjut pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) oleh Puskesmas. Ke depannya, skrining balita malnutrisi ini akan dilakukan di lokasi lain untuk memperluas akses layanan dan mengeliminasi Tuberkulosis di Kota Semarang, khususnya pada kelompok balita malnutrisi.
Dilansir dari dan telah tayang di: https://dinkes.semarangkota.go.id/content/post/392