SINGARAJA, RadarBali.id-Masyarakat Buleleng kini diminta menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ini diharapkan karena kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bali utara dari Januari hingga April mencapai 716 kasus.
Dari data Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Buleleng, 716 kasus DBD itu terjadi dalam rentang bulan Januari-April. Jika dirinci, pada Januari terjadi 82 kasus, Februari ada 99 kasus, Maret terjadi 204 kasus, dan meningkat pada April sebanyak 331 kasus.
Atas hal itu, Kepala Dinkes Buleleng, Sucipto meminta masyarakat agar rutin melakukan kegiatan 3M plus setiap minggunya. Selain penerapan PHBS.
Baca Juga: Kasus DBD Mencapai 248 Kasus, Pemkot Denpasar Mulai Serius Langsung Rapat Koordinasi Antar Pihak Terkait
Untuk diketahui 3M plus yaitu menguras dan menyikat,menutup tempat penampungan air, dan memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas. Plus-nya yaitu mencegah gigitan nyamuk dan perkembangbiakan nyamuk.
Seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, gotong royong membersihkan lingkungan, dan memeriksa tempat penampungan air.
Lalu meletakkan pakaian bekas pakai ke dalam wadah tertutup, memberikan larvasida pada penampungan yang sudah dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
Baca Juga: Duh, Bulan April Ini di Karangasem Pasien Demam Berdarah Paling Tinggi
“Kami tetap menghimbau masyarakat agar menjaga lingkungan dengan 3M plus, untuk membersihkan lokasi yang berpotensi sebagai tempat berkembangnya jentik nyamuk,” ujarnya pada Selasa (30/4/2024).
Masih berdasarkan data tersebut, Desa Pejarakan menyumbang kasus terbanyak dengan 39 kasus, disusul Desa Patas sebanyak 36 kasus, kemudian Desa Anturan dengan 32 kasus, Desa Gerokgak dengan 21 kasus, dan Desa Celukan Bawang dengan 20 kasus.
Sucipto mengatakan sebaran kasus DBD hampir terjadi di seluruh desa/kelurahan di Buleleng. Curah hujan yang tidak menentu menjadi salah satu penyebab DBD di Bali utara, karena menyebabkan genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti.
Menurutnya, fogging atau pengasapan menjadi opsi terakhir dalam melakukan pencegahan DBD, untuk mencegah efek samping zat kimia yang dapat terpapar di rumah. Meski begitu, pihaknya juga melakukan fogging dengan mesin Ultra Low Volume (ULV).
“Kami juga melakukan upaya fogging ULV, di wilayah yang jumlah kasusnya tinggi dan berpotensi menyebabkan DBD. Jadi, di 10 desa tertinggi kita lakukan fogging ULV,” sambungnya.
Sementara sebelumnya, Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana menyebutkan pihaknya akan terus memberantas sarang nyamuk di Buleleng dengan kegiatan fogging. Untuk di Kecamatan Gerokgak, pihaknya akan menggandeng TNI dan Polri, sehingga memudahkan proses.
Dilansir dari dan telah tayang di: https://radarbali.jawapos.com/buleleng/704604020/di-buleleng-dbd-capai-716-kasus-ini-imbauan-untuk-masyarakat