PONOROGO, Jawa Pos Radar Madiun Bocah umur 10 tahun dilaporkan jadi korban demam berdarah dengue (DBD).
Nyawa pasien DBD tak mampu diselamatkan. Ia menjadi korban jiwa keganasan gigitan nyamuk Aedes Aegypti di Ponorogo.
Nasib tragis tersebut diketahui Selasa petang (12/3) lalu, korban jiwa DBD itu meninggal dunia saat menjalani perawatan di ruang intensive care unit (ICU) RSUD dr Harjono, Ponorogo.
Pasien DBD asal Kecamatan Siman tersebut mengalami dengue shock syndrome (DSS).
Dr. Eko Jaenudin, dokter spesialis anak RSUD dr Harjono, menjelaskan bahwa DSS merupakan tingkatan paling parah dalam siklus DBD.
Kondisi itu diketahui sejak pasien masuk ke IGD sekitar pukul 16.03 WIB hari Selasa lalu.
Pasien tersebut mengalami gejala berat, seperti tubuh dingin, muntah darah segar, kejang, hingga sesak nafas.
Sempat mendapatkan perawatan intensif, sayangnya nyawa bocah tersebut tak tertolong.
"Kondisi pasien memburuk dan meninggal dunia,’’ kata dia.
Eko menambahkan kasus DBD mengalami lonjakan dalam tiga pekan terakhir. Hingga Rabu (13/3) kemarin, 13 anak masih menjalani perawatan di RSUD dr Harjono.
Rentang usia pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit pelat merah itu variatif. Mulai pasien usia antara 3-13 tahun.
"Masyarakat perlu perhatikan, gejala demam 2-7 hari, pusing, nyeri sendi, mual, harus segera cari pertolongan medis, agar segera dicek laboratorium,’’ jelasnya.
Kabid Humas RSUD dr Harjono Sugianto membeberkan 55 pasien DBD dirawat selama Januari. Perinciannya, 7 anak antara 3-13 tahun, serta 48 pasien dewasa.
Sementara, di Februari lalu, 36 anak dan 108 pasien dewasa dirawat kurun waktu sebulan. Pun, hingga minggu kedua Maret ini, 41 anak serta 49 pasien dewasa ditangani petugas medis.
"Ada peningkatan signifikan akhir-akhir ini,’’ ungkapnya sembari menyebut pasien tertangani baik. (gen/kid)
Dilansir dari dan telah tayang di: https://radarmadiun.jawapos.com/ponorogo/804437438/dbd-renggut-nyawa-bocah-10-tahun-korban-sempat-muntah-darah-segardokter-pasien-alami-dengue-shock-syndrome