Angka DBD di Kabupaten Malang naik 2,5 kali lipat dari tahun lalu. Tercatat 10 orang meninggal pada Januari-Maret 2024.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Tri Awignami Astoeti, Senin (2/4/2024) malam, mengatakan, jumlah penderita demam berdarah dengue ( DBD ) terus bertambah. Dari 10 korban meninggal, tujuh di antaranya anak-anak dan tiga orang dewasa.
MALANG , KOMPAS — Angka kasus demam berdarah dengue di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tahun ini melonjak 2,5 kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sejak Januari hingga 1 April 2024 tercatat jumlah kasus di wilayah ini mencapai 1.005 dengan korban meninggal 10 orang.
Fogging atau pengasapan dilakukan di kompleks Puri Maharani, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (3/7/2022). Pengasapan dilakukan swadaya oleh warga untuk mencegah demam berdarah dengue.
”Dibandingkan tahun 2023 pada periode yang sama ada kenaikan 100 persen lebih. Pada tahun 2023, sejak Januari-1 April ada 408 kasus. Sementara tahun 2024 dari Januari sampai 1 April sudah tembus 1.005 kasus,” ucapnya. Adapun sepanjang 2023 ada 1.009 kasus dengan jumlah kematian sembilan orang.
Peningkatan cukup terasa terjadi dalam satu bulan terakhir. Sebelumnya, data Dinkes Kabupaten Malang pada Januari-Februari, ada 340 kasus dengan satu orang di antaranya meninggal. Korban merupakan warga lanjut usia dan ada komorbid jantung.
KOMPAS/VINA OKTAVIA Bayi dirawat karena DBD di ruang perawatan Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara, Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Kamis (12/3/2020).
Kenaikan angka kasus DBD tahun ini, lanjut Tri, diperkirakan merupakan siklus tiga tahunan dengan tahun 2024 adalah tahun kedua dan diprediksi puncaknya pada tahun 2025. Angka DBD akan kembali menurun pada 2026.
Meski demikian, semua itu sangat bergantung juga pada perilaku hidup bersih dan sehat dan fenomena alam atau iklim yang saat ini sulit diprediksi antara musim hujan dan kemarau.
Mengenai antisipasi yang ditempuh, Tri menyebut ada sejumlah langkah, mulai dari komunikasi, edukasi, hingga penyebaran informasi seluas-luasnya kepada masyarakat tentang kewaspadaan DBD. Apalagi, saat ini masih musim hujan sehingga banyak perindukan nyamuk harus diberantas.
Baca juga: Kasus Melonjak, Dua Meninggal akibat DBD di Kota Batu
Masyarakat juga diimbau segera membawa keluarganya yang sakit dengan gejala panas tinggi mendadak ke fasilitas layanan kesehatan.
”Kami juga meningkatkan kapasitas layanan kesehatan dengan penyiapan sarana prasarana dan kemampuan petugas dalam tatalaksana penyakit DBD, baik di fasilitas pelayanan Kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjut,” katanya.
Fasilitas kesehatan dan masyarakat yang menemukan kasus DBD wajib lapor ke dinkes melalui puskesmas atau rumah sakit agar dapat dilakukan penyelidikan epidemiologi guna memutuskan rantai penularan. Koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan DBD juga ditingkatkan.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang Wisnu Barlianto mengatakan, lonjakan kasus DBD tidak terlepas dari tingginya curah hujan yang terjadi tahun ini, serta kondisi lingkungan yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
”Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk. Ketika ada genangan, dia tumbuh dan akan menggigit, khususnya anak-anak dan pada pagi hari,” ucapnya.
Untuk upaya preventif bisa dilakukan imunisasi dengue.
Disinggung apakah ada faktor lain yang menjadi penyebab, Wisnu mengatakan, DBD selalu muncul setiap tahun. Jumlah kasusnya juga meningkat saat musim hujan.
Baca juga: DBD Meningkat Drastis Apakah Tren Siklus Peningkatan Wabah Tiga Tahunan Akan Maju
Untuk itu, ada beberapa hal yang mesti dilakukan pemangku kepentingan. Usaha yang dimaksud meliputi pencegahan, upaya promotif, yakni memperbaiki lingkungan melalui pemberantasan sarang nyamuk. Termasuk membuang genangan dan menebar ikan di kolam yang sulit dikuras.
”Untuk upaya preventif bisa dilakukan imunisasi dengue. Memang vaksinasinya belum bisa dilakukan secara luas, tetapi itu bisa dilakukan untuk pencegahan. Sudah sudah ada vaksinasi ini meski sempat ditarik. Ini ada lagi yang baru,” ujarnya.
Adapun usaha kuratifnya melalui pengobatan. Bagian paling penting adalah deteksi dini, pengobatan yang tepat karena DBD disebabkan oleh virus. Ada masa-masa bahaya, yakni terjadi pada tujuh hari pertama. Hari ke lima kondisi pasien bisa drop. Namun, jika sudah lewat hari ke tujuh, menurut Wisnu, penderita telah aman.
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/04/02/dbd-melonjak-25-kali-lipat-10-orang-meninggal-di-malang?open_from=Section_Terbaru