Maxi Rein Rondonuwu tegaskan tidak ada hubungan antara penyebaran nyamuk ber-wolbachia dengan tingkat keganasan nyamuk Aedes aegypti, penyebab demam berdarah.
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA Bandung, Jawa Barat menjadi kota dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Indonesia
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) melaporkan, per Selasa (26/3) atau pekan ke-13, kasus demam berdarah dengue di Indonesia dilaporkan mencapai 53.131 orang.
Sementara itu, kasus kematian akibat dengue dilaporkan ada 404 orang.
Dari sistem pemantauan penyakit, Bandung tercatat dengan jumlah kasus dengue sebanyak 1.741 kasus.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu tegaskan tidak ada hubungan antara penyebaran nyamuk ber-wolbachia dengan tingkat keganasan nyamuk Aedes aegypti, penyebab demam berdarah.
Menurutnya, karakteristik nyamuk Aedes aegypti di daerah yang telah disebarkan maupun belum disebarkan nyamuk ber-wolbachia tetap sama.
Tanda dan gejala orang yang terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti juga sama.
Seperti demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.
“Secara keseluruhan karakteristik dan gejalanya sama. Bahkan, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan setelah wolbachia dilepaskan,” kata Maxi pada website resmi Kemenkes dilansir, Kamis (4/4/2024).
Hingga kini, penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah dilaksanakan di 5 kota, yakni Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat.
Penetapan kelima wilayah tersebut mempertimbangkan kesiapan stakeholder dan masyarakat setempat.
Semarang menjadi lokasi pertama yang melaksanakan penyebaran nyamuk ber-wolbachia, diikutin Kota Bontang dan Kota Kupang.
Sampai saat ini, pelaksanaan tersebut belum menyeluruh di semua wilayah.
Di kota Semarang, penyebaran nyamuk ber-wolbachia dilakukan di 4 kecamatan, Kota Bontang di 3 kecamatan dan Kota Kupang di 1 kecamatan.
Dilansir dari dan telah tayang di: https://jabar.tribunnews.com/2024/04/04/bandung-kota-dengan-kasus-dbd-tertinggi-kemenkes-tegaskan-tak-ada-hubungannya-dengan-wolbachia