Bakteri Pemakan Daging: Jepang HadapiTantangan, Indonesia Siaga


KBRN, Manado: Kementerian Kesehatan Indonesia belum melaporkan adanya kasus sindrom syok toksik streptokokus (STSS) atau yang dikenal sebagai Bakteri Pemakan Daging, yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes kelompok A. Sementara di Jepang, kasus ini telah melampaui 1.000 dengan cepat, menarik perhatian global.

Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Siti Nadia Tarmizi,yang dikutip dari katadata.co.id, Indonesia hingga saat ini belum menemukan kasus STSS. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan tetap waspada dan terus memantau situasi melalui pemeriksaan genetik dan surveilans sentinel Influenza Like Illness-Severe Acute Respiratory Infection (ILI-SARI).

STSS menyebar melalui pernapasan dan droplet, dan meskipun gejalanya ringan pada awalnya, dapat berkembang menjadi fatal karena menyebabkan sepsis dan gagal multiorgan. Pengobatannya melibatkan pemberian antibiotik, sementara vaksin untuk mencegah infeksi ini masih belum tersedia.

Di sisi lain, WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan ke Jepang terkait dengan peningkatan kasus iGAS, termasuk STSS. Ini berdasarkan pada penelitian di Eropa pada Desember 2022 yang mencatat adanya peningkatan kasus di Jepang sejak tahun 1999.

Pemerintah Indonesia mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kebiasaan hidup sehat seperti cuci tangan, menggunakan masker saat sakit, dan meminimalkan perpindahan droplet melalui pernafasan, yang telah terbentuk selama pandemi COVID-19. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memitigasi risiko penyebaran STSS di tanah air.

Kata Kunci:


Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.rri.co.id/manado/nasional/793723/bakteri-pemakan-daging-jepang-hadapitantangan-indonesia-siaga