Atasi Obesitas Tak Cukup dengan Mengurangi Kalori dan Berolahraga


Persoalan obesitas semakin mengkhawatirkan. Berbagai intervensi diperlukan, termasuk aspek psikogis dan perilaku. Untuk itu, intervensi dalam penanganan obesitas menjadi sangat penting. Penanganan yang dilakukan juga harus komprehensif. Intervensi itu tidak hanya dengan mengurangi kalori dan berolahraga, tetapi juga pada aspek psikologis dan perilaku dari setiap individu. JAKARTA, KOMPAS — Obesitas merupakan persoalan kesehatan yang semakin mengkhawatirkan di masyarakat. Masalah obesitas ini terjadi di berbagai negara. Kini, lebih dari satu miliar orang di dunia hidup dengan obesitas. Dokter spesialis gizi klinik yang juga anggota Himpunan Studi Obesitas Indonesia, Gaga Irawan Nugraha, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (2/3/2024), mengatakan, obesitas merupakan persoalan kesehatan yang kompleks. Banyak orang menganggap mengatasi obesitas cukup dengan mengurangi kalori dan berolahraga. Padahal, pengelolaan obesitas lebih kompleks karena dipengaruhi pula dari aspek psikologis. Baca juga: Cara Pengobatan Dini untuk Anak dengan Obesitas ”Pemahaman akan keseimbangan energi merupakan hal yang penting untuk menentukan langkah-langkah yang efektif dalam mengatasi obesitas. Untuk dapat mengerti konsep keseimbangan tersebut, penting untuk terlebih dahulu memahami bagaimana otak meregulasi nafsu makan dan faktor lain yang memengaruhi,” tuturnya. Gaga menuturkan, otak merupakan pusat pengaturan nafsu serta perilaku makan seseorang. Setidaknya ada tiga penggerak utama dalam pengaturan nafsu dan perilaku makan tersebut, seperti homeostatic eating, hedonic eating, dan executive function. Penggerak homoestic eating dipengaruhi oleh sinyal lapar, sementara hedonic eating yang memengaruhi rasa lapar dipengaruhi oleh keinginan dan kesenangan. Adapun executive function lebih memengaruhi keputusan dalam mengonsumsi makanan. Intervensi gaya hidup seseorang akan lebih berpengaruh pada sistem executive function. Pemahaman akan keseimbangan energi merupakan hal yang penting untuk menentukan langkah-langkah yang efektif dalam mengatasi obesitas. Menurut Gaga, pemahaman yang komprehensif terkait obesitas sangat diperlukan untuk mengatasi kompleksitas dari penyakit tersebut. Terapi gizi medis dan aktivitas fisik memang menjadi dasar dalam pengelolaan obesitas. Namun, intervensi itu saja tidak cukup. ”Kita perlu menyediakan penanganan obesitas yang lebih komprehensif di masyarakat. Kita harus beralih dari yang tadinya berfokus hanya pada indeks massa tubuh menjadi berfokus pada penanganan komplikasi terkait obesitas. Setidaknya diperlukan tiga pilar pendukung dalam perawatan obesitas yang baik, yakni intervensi psikologis dan perilaku, farmakoterapi, dan bedah bariatrik,” tuturnya. KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Siswa sebuah sekolah dasar di Tangerang Selatan, Banten, mengikuti mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di lapangan sekolah, Kamis (24/1/2019). Olahraga merupakan salah satu kegiatan luar ruang di sekolah yang bisa mengontrol obesitas pada anak. Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Kementerian Kesehatan Esti Widiastuti menuturkan, pemerintah terus berkomitmen untuk mendorong upaya penanganan obesitas di masyarakat. Upaya kolaboratif antarlembaga di pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan sektor swasta akan semakin diperkuat. Pemerintah juga mendukung inisiatif di masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, edukasi, dan pencegahan obesitas. ”Merupakan hal penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bergotong royong dalam mengimplementasikan langkah yang efektif dalam memerangi obesitas dan risiko kesehatan lain yang terkait,” katanya. Usia dini Dalam keterangan resmi, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, upaya untuk mencegah dan mengelola obesitas harus dilakukan sejak dini. Hal itu meliputi intervensi dalam pengaturan pola makan, aktivitas fisik, dan perawatan yang memadai sesuai kebutuhan. Baca juga: Hitung Kebutuhan Energi untuk Cegah Obesitas ”Untuk memenuhi target global dalam menekan angka obesitas perlu upaya pemerintah dan masyarakat yang didukung dengan kebijakan berbasis bukti dari WHO dan badan kesehatan di setiap negara. Yang terpenting, hal ini juga perlu kerja sama dengan sektor swasta yang bertanggung jawab atas dampak kesehatan dari produk yang dihasilkannya,” katanya. KOMPAS/RADITYA HELABUMI Pengunjung mencoba menyusun menu porsi makanan sehat dalam kampanye Zona Sehat Nestle Indonesia, di Jakarta, Kamis (10/4/2014). Penerapan pola makanan sehat menjadi salah satu upaya dalam mengatasi obesitas. Dalam studi terbaru yang dirilis pada jurnal The Lancet, lebih dari satu miliar orang di dunia hidup dengan obesitas. Di dunia, obesitas pada usia dewasa meningkat dua kali lipat sejak tahun 1990 dan pada usia anak dan remaja meningkat hingga empat kali lipat. Baca juga: Satu dari Delapan Penduduk Bumi Mengalami Obesitas Obesitas merupakan penyakit kronis yang kompleks. WHO telah mengeluarkan rekomendasi untuk percepatan penurunan obesitas di masyarakat. Rekomendasi tersebut antara lain peraturan pada iklan dan pemasaran makanan dan minuman yang berbahaya bagi anak-anak; adanya kebijakan pangan dan gizi di sekolah termasuk pengaturan penjualan produk yang tinggi lemak, gula, dan garam; adanya kebijakan fiskal dan penetapan harga untuk mendorong pola makan sehat, serta adanya pendidikan dan kampanye kesadaran untuk pola makan sehat dan olahraga.

Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/03/02/penanganan-obesitas-perlu-intervensi-psikologis-dan-perilaku