30 Pasien DBD di Klaten Meninggal, Waspadai Siklus Pelana Kuda


RADARSOLO.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten terus mensosialisasikan terkait penanganan ketika terkena demam berdarah dengue (DBD). Terutama saat fase pelana kuda. Mengingat kurang dipahami masyarakat sehingga dalam penanganannya tidak tepat.

Berdasarkan data Dinkes Klaten terdapat 868 kasus dengan 30 kematian akibat DBD hingga minggu ke-25 pada tahun ini. Hingga saat ini melalui petugas dari 34 puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan terus masif melakukan sosialisasi penanganan guna menekan kasus kematian.

”Kasus kematian terjadi karena penatalaksana yang kurang sesuai. Mulai dari proses membawa ke pusat layanan kesehatannya. Bisa juga dari proses rujukannya atau penanganan di rumah sakitnya,” jelas Kepala Dinkes Klaten Anggit Budiarto, Selasa (2/7).

Baca Juga: DBD di Klaten Tembus 713 Kasus, Dinkes Belum Terapkan Stikerisasi di Rumah: Ini Alasannya

Lebih lanjut, Anggit menjelaskan, berdasarkan evaluasi yang dilakukan dinkes terhadap per kasus di kondisi terkini sudah dilaksanakan penatalaksananya sesuai kompetensinya. Begitu juga rujukan ke rumah sakit.

”Mungkin saat di rumah sudah panasnya (demam) lebih. Jadi yang harus kami ingatkan kepada masyarakat terkait terjadinya fase pelana kuda dari DBD ini. Dikiranya sudah sembuh sehingga aktivitasnya berlebihan,” ujar Anggit.

Sebagai informasi, siklus pelana kuda merupakan sebutan bagi tiga fase demam yang bergerak naik turun pada pasien DBD. Fase demam tinggi, terjadi pada hari pertama dan kedua setelah masa inkubasi virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti.

Baca Juga: Kasus DBD di Klaten Tertinggi se Jateng, TNI bersama Dinkes Fogging di Mireng Trucuk

Pada fase tersebut penderita akan mengalami demam tinggi kisaran 39-41 derajat celcius. Kemudian pada hari ketiga bisa mengalami penurunan panas. Tetapi waspadai pada hari keempat hingga kelima karena memasuki masa risiko tertinggi dari DBD dapat terjadi.

”Saat adanya penurunan panas ini dikira sudah sembuh. Pokoknya terkait ini harus benar-benar serius. Walaupun panasnya sudah turun, perlu dilakukan pengecekan ke laboratorium. Kaitannya dengan DBD ini,” ujar Anggit.

Baca Juga: Waspada! DBD di Karanganyar Bertambah 58 Kasus, Sudah Tiga Orang Meninggal

Di samping memahami fase pelana kuda dalam DBD, juga perlu dilakukan penekanan kasus lewat pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Masyarakat didorong untuk melakukan hal itu di lingkungannya masing-masing.

Termasuk melakukan pelaporan secara rutin yang dilaksanakan oleh juru pantau jentik (jumantik) nyamuk. (ren/adi)


Dilansir dari dan telah tayang di: https://radarsolo.jawapos.com/klaten/844820647/30-pasien-dbd-di-klaten-meninggal-waspadai-siklus-pelana-kuda