Bagaimana Operasi Penyelamatan 4 Sandera Israel di Gaza Berlangsung? Halaman all


EMPAT sandera diselamatkan militer Israel dari Gaza tengah pada Sabtu (8/6/2024), dalam sebuah operasi yang direncanakan selama berminggu-minggu.

Bagi warga Israel, hal itu membawa kelegaan. Namun bagi warga Palestina, peristiwa tersebut menimbulkan lebih banyak penderitaan. Sejumlah rumah sakit mengatakan puluhan orang, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan di kamp pengungsi Nuseirat yang padat penduduk.

Baca juga: 274 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Israel untuk Selamatkan 4 Sandera

“Kamu Sedang Diselamatkan!"

Itu adalah pagi akhir pekan yang sibuk di pasar kamp pengungsi Nuseirat, Jalur Gaza, kenang Osama Abu Asi. Suara pertempuran terdengar di kejauhan, tetapi hal itu tidak menghalangi para pembeli, yang mengamati beberapa kantong tepung dan gula yang Abu Asi gelar di atas selimutnya.

Dia mengatakan, dirinya tidak tahu bahwa di dekatnya, di lantai satu sebuah apartemen, duduk seorang perempuan muda berambut hitam yang telah dikenal di seluruh dunia –

terakhir terlihat dalam sebuah klip video viral yang menunjukkan dia dibawa masuk ke Gaza dari Israel dengan sepeda motor pada 7 Oktober 2023 sambil berteriak, "Jangan bunuh saya!"

Dia adalah Noa Argamani, salah satu dari sedikitnya 250 warga Israel yang ditawan Hamas.

Sabtu itu merupakan hari ke-245 mereka disandera. Pagi itu dimulai seperti kebanyakan pagi lainnya sebelumnya, sampai tak lama setelah jam 11 siang, Argamani mendengar ketukan di pintu, diikuti dengan teriakan. Tiba-tiba, ruangan itu dipenuhi tentara Israel. “Kamu sedang diselamatkan!” teriak tentara Israel dalam bahasa Ibrani.

“Mereka tiba-tiba saja datang,” kata Argamani (26 tahun) saat memberitahu teman dekatnya, Yan Gorjaltsan, beberapa jam kemudian sebagaimana dilaporkan The Washington Post.

Operasi penyelamatan pada Sabtu itu, yang membebaskan empat sandera Israel dan menewaskan lebih dari 270 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza, merupakan salah satu episode paling dramatis dan mematikan dalam perang Israel melawan Hamas.

Baca juga: Warga Israel Demo Tutup Jalan Raya, Tuntut Pembebasan Sandera

Argamani dan tiga sandera Israel lainnya dievakuasi dari Gaza tengah dan dipertemukan kembali dengan keluarganya dalam operasi pada siang hari yang rumit yang melibatkan ribuan tentara, teknisi, dan analis.

Serangan tersebut telah direncanakan selama berminggu-minggu dan dilaksanakan dengan lancar, kata para pejabat Israel, sampai ketika serangan pasukan komando itu berubah menjadi baku tembak dengan kelompok Hamas. Militer Israel membalasnya dengan serangan udara besar-besaran di jalan-jalan Nuseirat yang padat.

Bom berjatuhan dan jalanan bergema dengan teriakan, kata Abu Asi. Itu seperti “hari kiamat”, katanya kepada The Washington Post.

AFP/JACK GUEZ Kerabat dan pendukung sandera Israel yang ditahan di Gaza sejak serangan 7 Oktober oleh militan Hamas memegang plakat dan melambaikan bendera Israel selama demonstrasi di depan Kementerian Pertahanan di kota pesisir Tel Aviv, Israel, pada 6 April 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza antara Israel dan gerakan militan Hamas Palestina. Kerabat dan pendukung sandera Israel yang ditahan di Gaza sejak serangan 7 Oktober oleh militan Hamas memegang plakat dan melambaikan bendera Israel selama demonstrasi di depan Kementerian Pertahanan di kota pesisir Tel Aviv, Israel, pada 6 April 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza antara Israel dan gerakan militan Hamas Palestina.

BBC melaporkan, operasi itu, yang dinamai “Benih Musim Panas”, membutuhkan persiapan berbulan-bulan.

Menurut sumber-sumber Washington Post, sejak 7 Oktober tahun lalu, unit-unit intelijen Israel, dengan bantuan AS, telah mempelajari berbagai petunjuk digital, rekaman drone, dan penyadapan untuk menemukan para sandera. Baru-baru ini, pihak Israel mengunci Nuseirat sebagai lokasi terakhir untuk empat tawanan yang dibawa dari pesta dansa di gurun di luar pagar perbatasan Israel dengan Gaza.

Di antara mereka adalah Argamani, yang permohonan belas kasihannya yang memilukan menjadi salah satu gambaran yang paling menonjol dari serangan Hamas terhadap wilayah Israel selatan saat itu.

Para pejabat dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, mereka tahu Argamani telah dipindahkan di sekitar Gaza lebih dari sekali selama dia ditahan. Para analis membenarkan bahwa dia sekarang ditahan sendirian di lantai 1 sebuah apartemen; tiga sandera lainnya yaitu Almog Meir Jan (22 tahun), Andrey Kozlov (27), dan Shlomi Ziv (41) berada di lantai tiga sebuah gedung di dekatnya.

Perencanaan dimulai dengan sangat rahasia. Sejumlah pejabat mengatakan, replika dua bangunan tempat mereka ditahan dibuat sebagai tempat latihan para tentara. Persiapan itu serupa dengan yang dilakukan pasukan komando Israel sebelum operasi penyelamatan terkenal mereka terhadap lebih dari 100 sandera di Entebbe, Uganda, tahun 1976.

Selama berminggu-minggu, para anggota Yamam (sebuah unit khusus pasukan kontraterorisme); Shin Bet (badan keamanan internal Israel); dan IDF melakukan latihan berulang kali untuk sebuah misi siang hari yang jarang terjadi.

“Kami menyadari bahwa di apartemen-apartemen dengan para penjaga tersebut, (serangan pada) siang hari akan menjadi kejutan yang paling tak terduga,” kata Laksamana Daniel Hagari, juru bicara IDF.

Namun itu berarti risiko yang lebih besar untuk masuk dan keluar dari gedung bagi pasukan Israel. Dan hal itu juga berarti akan ada lebih banyak lagi warga sipil Palestina di jalan-jalan di lokasi.

Sejumlah pejabat mengatakan, para tentara yang ikut serta dalam latihan itu tidak mengetahui tujuan sebenarnya dari latihan tersebut.

“Menjaga kerahasiaan hal itu adalah salah satu hal yang paling sulit,” kata seorang komandan Brigade Givati yang diidentifikasi sebagai Letkol Ziv dalam laporan operasi yang diterbitkan IDF.

Para komandan menunggu saat yang tepat, mengerahkan pasukan militer untuk mempersiapkan kondisi lapangan di Gaza.

“Kami memperbaiki jalan-jalan di sekitar Nuseirat dan di kota Deir al-Balah yang terletak di dekatnya, sehingga kendaraan-kendaraan dapat lewat dengan mudah saat momen yang krusial,” kata Mayor Eliav, komandan Brigade Kfir, yang diidentifikasi IDF hanya dengan nama belakangnya dan jabatannya.

Akhirnya, pada hari Kamis (6/6/2024), militer siap untuk bergerak. Sebuah pertemuan kabinet tentang masalah keamanan dibatalkan untuk mencegah kebocoran, kata seorang pejabat Israel yang tak mau disebut namanya.

Washington Post melaporkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, lalu bertemu dengan sekelompok kecil pemimpin keamanan senior pada malam itu untuk menyetujui rencana tersebut.

‘Berliannya Bersama Kami"

Pada Sabtu pagi itu, kepala staf IDF, Herzi Halevi; kepala Shin Bet, Ronen Bar; dan Hagari berkumpul di ruang komando yang dipenuhi dengan sejumlah monitor video.

Tepat pukul 11 siang waktu setempat, Halevi berkata, “Pergi.”

Sejumlah pejabat IDF mengatakan, ribuan personel terlibat dalam operasi tersebut. Butuh waktu sekitar 25 menit bagi pasukan khusus untuk berkendara dari Israel ke Nuseirat. Bagaimana mereka sampai di sana masih belum jelas.

Orang-orang Palestina yang menjadi saksi mata menggambarkan sejumlah tentara tiba dengan dua kendaraan yang menyaru. Satu kendaraan mirip dengan truk yang digunakan Israel untuk mengangkut barang-barang dagangan ke Gaza. Kendaraan kedua adalah sebuah truk Mercedes putih, penuh dengan perabotan dan barang-barang lainnya. Truk seperti itu merupakan sebuah pemandangan umum di sebuah kamp yang menampung ribuan keluarga pengungsi.

“IDF tidak menggunakan truk sipil,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

Dua video yang telah diverifikasi The Washington Post menunjukkan sebuah truk boks bertanda merek sabun pencuci piring melaju bersama kendaraan lapis baja Israel di jalan, sekitar 1,6 km di sebelah barat lokasi serangan. Kendaraan-kendaraan tersebut mengarah ke barat, menjauhi Nuseirat, dan tidak jelas apakah video itu direkam sebelum atau sesudah serangan.

Truk Mercedes putih itu terlihat dalam video ketiga yang juga telah diverifikasi, yang diambil dari balkon sebuah bangunan tempat tinggal di tengah kamp. Dua buah tangga terlihat bersandar di sisi sebuah rumah, menuju ke lantai yang terletak di samping truk. “Di sini mereka tiba,” kata suara perempaun yang diam-diam merekam adegan berdurasi enam detik tersebut.

Hussam al-Arouqi, 33 tahun, tengah kembali dari toko roti bersama saudaranya Issam ketika dua pria berpakaian preman dan sekitar 10 tentara bersenjata lengkap keluar dari bagian belakang Mercedes itu. Para tentara melepaskan tembakan, memukul saudaranya tiga kali, katanya.

“Dia jatuh ke tanah dan berdarah” dan mencoba merangkak pergi, kata Hussam. Dia menambahkan, helikopter Apache terbang rendah di atas mereka.

Butuh waktu lebih dari satu jam, kata dia, sebelum keadaan cukup aman untuk bisa menolong Issam dan membawanya ke rumah sakit dengan gerobak yang ditarik keledai. Issam dalam kondisi kritis.

Pasukan Israel berhasil mencapai apartemen Argamani tanpa disadari para pengawalnya, kata Hagari, yang menonton video dari drone yang berputar-putar di atas lokasi itu dan kamera di helm tentara. Hampir secara bersamaan, unit lain memasuki gedung yang menjadi tempat tiga sandera pria berada, sekitar 200 meter jauhnya.

“Di gedung Noa Argamani, kami benar-benar mengejutkan mereka (para penjaga),” kata Hagari.

Perempuan muda yang juga terkejut itu bergegas menuruni tangga lalu masuk ke dalam kendaraan dan dibawa ke helikopter yang menunggu di dekat lokasi itu.

Para prajurit menyampaikan kabar keberhasilan mereka dengan kalimat sandi: “Berliannya sudah tangan kami.”

Helikopter lepas landas, menuju rumah sakit di dekat Tel Aviv. Pada pukul 12.20, keluarga Argamani diberi tahu bahwa dia sudah bebas.

Dinding Api

Pada saat itu, operasi di Nuseirat sudah tidak berjalan sesuai rencana. Para penjaga yang menjaga tiga sandera laki-laki tidak terkejut. Seorang komandan Yamam tertembak saat mereka memasuki gedung. Baku tembak lalu pecah dan hal itu mengungkap misi rahasia tersebut.

“Seketika, lokasi itu menjadi zona perang,” kata Amir Avivi, seorang brigadir jenderal cadangan dan mantan wakil komandan divisi IDF di Gaza yang turut diberi pengarahan tentang operasi tersebut kepada The Washington Post.

Tenara Israel berhasil membawa ketiga sandera dan tentara pria yang terluka ke dalam sebuah kendaraan, namun kendaraan itu rusak akibat tembakan senapan dan granat berpeluncur roket Hamas, kata sejumlah pejabat. Pada satu titik, kata Avivi, mereka terpaksa meninggalkan kendaraan itu dan mencari perlindungan di gedung terdekat.

Para komandan lalu meminta dukungan angkatan udara.

“Angkatan Udara Israel mulai menembak untuk memberi mereka koridor, sebuah dinding api,” kata purnawirawan Mayor Jenderal David Tsur, mantan komandan Yamam.

Sejumlah ledakan mengguncang jalan-jalan yang sempit, yang semakin ramai dalam beberapa minggu terakhir karena banyak keluarga yang mengungsi ke kawasan itu akibat serangan Israel di Gaza selatan.

“Saya telah mengumpulkan bagian-bagian tubuh anak saya, anak kesayangan saya” kata Nora Abu Khamees, yang berlindung di Nuseirat, kepada BBC sambil menangis.

“Anak saya yang lain berada antara hidup dan mati. Bahkan suamiku dan ibu mertuaku, seluruh keluarga kami hancur. Ini adalah genosida.”

Abu Asi mengatakan, pembantaian di mana-mana, korban yang tewas termasuk perempuan dan anak-anak. Jalan-jalan dipenuhi “tank, artileri, bagian tubuh dan orang-orang yang terluka.”

Dia menggunakan tuk-tuk yang biasa dia pakai untuk mengangkut barang dagangannya untuk membawa sekitar dua lusin orang yang tewas dan terluka ke Rumah Sakit Martir al-Aqsa di Deir al-Balah. Di rumah sakit, kata dia, jenazah-jenazah memenuhi lantai.”

“Mereka menembak dan menyasar apa saja,” kata paramedis Abdel Hamid Ghorab dari Rumah Sakit al-Awda di dekatnya, yang kesulitan untuk merawat para korban yang luka. “Tak satu pun dari kami yang tahu apa yang terjadi di luar.”

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, sedikitnya 274 orang tewas; tidak jelas berapa banyak yang menjadi kombatan.

“Pesawat menyerang puluhan sasaran militer demi keberhasilan operasi tersebut,” kata IDF dalam sebuah pernyataan. “Hamas, dengan cara yang sangat kejam dan sinis, menahan sandera di dalam bangunan-bangunan sipil.”

Pasukan Israel, bersama ketiga sandera, berjuang menjauh dari pasar dan akhirnya mencapai pantai. Tak jauh dari dermaga sementara yang dibangun Angkatan Laut AS untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan, helikopter kedua Israel sudah menunggu.

Para tawanan yang diselamatkan itu bergegas masuk dan petugas yang terluka dimasukkan. Dia kemudian meninggal karena luka-lukanya.

Helikopter itu membawa ketiga sandera menuju kebebasan saat perang masih berkecamuk di belakang mereka.


Dilansir dari dan telah tayang di: https://internasional.kompas.com/read/2024/06/11/113354570/bagaimana-operasi-penyelamatan-4-sandera-israel-di-gaza-berlangsung?page=all