Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan Halaman all


JAKARTA, KOMPAS.com Seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) bernama Putu Satria Ananta Rastika (19) tewas usai dianiaya seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21), Jumat (3/5/2024).

Peristiwa itu bermula ketika Putu dan keempat orang temannya ketahuan oleh Tegar tak mengikuti pelajaran olahraga.

"Untuk siswa tingkat satu (Putu dan keempat temannya) saat itu kegiatannya olahraga, nah si korban ini bersama teman-temannya berjumlah lima orang, menuju ke kamar mandi karena tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga," ucap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Saputra Siagian saat dikonfirmasi, Minggu (5/5/2024).

Baca juga: Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kemudian, Putu dan keempat temannya dipanggil lalu dikumpulkan ke kamar mandi oleh Tegar. Di dalam kamar mandi, Tegar memukul bagian ulu hati Putu sebanyak lima kali hingga korban tersungkur.

Setelah itu, Tegar mencoba menarik lidah Putu dengan maksud untuk melakukan upaya pertolongan terhadap korban.

Namun, upaya tersebut malah berakibat fatal. Putu tewas karena saat lidahnya ditarik Tegar, saluran pernapasannya tertutup dan menghambat aliran oksigen.

Pemukulan senior ke junior jadi tradisi

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, penganiayaan yang dilakukan senior terhadap junior di STIP merupakan tradisi.

“Terkait kasus pemukulan, memang ada yang menyebut (pemukulan) sebagai tradisi taruna. Ada juga yang menyebut sebagai penindakan terhadap junior,” ujar Gidion di kantornya, Sabtu (4/5/2024).

Sebagai senior tingkat 2, Tegar merasa perlu melakukan ‘penindakan’ ketika melihat juniornya melakukan kesalahan.

“Ada yang salah menurut persepsi senior (Tegar), sehingga korban dan empat temannya dikumpulkan di dalam toilet,” kata Gidion.

Baca juga: Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi Penindakan

Gidion melanjutkan, ada motif senioritas dalam kasus penganiayaan ini, di mana Tegar memiliki rasa arogansi terhadap juniornya.

“Motifnya ya itu, kehidupan senioritas. Jadi mungkin tumbuh rasa arogansi,” ujar Gidion.

Senioritas itu, kata Gidion, tampak sebelum peristiwa pemukulan terhasap Putu terjadi.

Disebutkan bahwa Tegar sempat bertanya ke korban dan empat temannya, siapa yang paling kuat di antara mereka berlima.

"Ada satu kalimat dari tersangka yang menyatakan gini, ‘Mana yang paling kuat?’," kata Gidion.

"Kemudian korban mengatakan bahwa dia yang paling kuat karena dia merasa dirinya adalah ketua kelompok dari komunitas tingkat 1 ini,” sambungnya.

Mendengar ucapan itu, Tegar seketika melayangkan pukulan ke arah ulu hati korban.

Peristiwa serupa pernah terjadi

Kasus penganiayaan berujung maut di STIP bukan pertama kali terjadi, tetapi sudah berulang-ulang.

Baca juga: Ini Kronologi Penganiayaan Dimas Mahasiswa STIP

Pada 25 April 2014, salah satu taruna STIP bernama Dimas Dikita Handoko (19) juga tewas usai dianiaya oleh para seniornya di rumah kos daerah Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.

Dimas dianiaya karena dianggap tidak menghormati para seniornya.

Para pelaku, yakni Angga Afriandi (21), Fachry Husaini Kurniawan (19), dan Adnan Fauzi Pasaribu (20) memukul perut sebelah kanan Dimas sebanyak empat kali lalu menamparnya.

Setelah dipukul dan ditampar, Dimas langsung terjatuh lalu tak sadarkan diri.

Para pelaku yang panik langsung mencoba menolong korban dengan memberi obat masuk angin. Karena Dimas tidak bereaksi, mereka langsung membawanya ke Rumah Sakit Pelabuhan, Koja, Jakarta Utara.

Di rumah sakit tersebut, nyawa Dimas tak tertolong dan akhirnya ia meninggal dunia.

Peristiwa penganiayaan berujung maut di STIP juga menimpa Amirulloh Adityas Putra (19) pada Selasa (10/1/2017).

Amirulloh dan lima taruna lainnya dianiaya oleh lima orang senior di Dormitory Ring 4 Kamar 205 lantai II, di STIP.

Baca juga: Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Seniornya Mengalami Luka Dalam

Para korban datang ke TKP untuk dianiaya oleh para pelaku dengan cara dipukul menggunakan tangan kosong secara bergantian ke arah perut, dada, dan ulu hati.

Amirullah yang dipukuli secara bergiliran akhirnya jatuh tak sadarkan diri ketika pelaku berinisial WH memukuli sambil meneriakinya dengan ucapan "Sama-sama anak Priok!".

Amirullah tiba-tiba ambruk ke dada WH dan segera diangkat ke tempat tidur yang ada di kamar itu.

Para pelaku yang panik akhirnya mengadu ke seniornya yang merupakan taruna tingkat IV yang kemudian dilanjutkan ke piket medis dan pembina STIP.

Saat diperiksa dokter piket STIP, Amirullah ternyata sudah tak bernyawa.

Upaya Kemenhub tuntaskan kasus penganiayaan

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bakal membentuk tim investigasi dan mengevaluasi pola pengasuhan di STIP buntut kasus tewasnya Putu.

"Kami telah membentuk tim investigasi internal terkait kejadian ini. Tim akan melaksanakan evaluasi," kata Plt. Kepala BPSDMP Subagiyo dalam keterangannya, Minggu.

Baca juga: Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

"Sehingga, peristiwa tindak kekerasan ini tidak terjadi lagi,” tambah dia.

Hasil evaluasi kampus STIP ini nantinya juga diterapkan pada sekolah lain yang berada dalam naungan BPSDMP.

Selama penyidikan kasus ini, BPSDMP tetap melanjutkan pembelajaran di STIP. Namun, kegiatan belajar mengajar akan dilaksanakan secara hybrid atau bergantian.

"Langkah yang diambil STIP yakni menerapkan sistem pembelajaran hybrid per tingkat semester setiap minggunya bergantian," terang dia.

Selain itu, BPSDMP telah menambah jumlah pengasuh dan pengawas di STIP. Mereka bertugas di area sektor pendidikan meliputi kelas, tangga dan lorong, serta toilet.

“Kami mengoptimalkan peran pembimbing akademik dan perwira pembina taruna memberikan pendampingan dan menyediakan waktu khusus bagi taruna dalam kesehariannya," jelas Subagiyo.

"Dan selalu membangun komunikasi dengan perwira pembina taruna maupun orangtua wali taruna.” tambah dia.

Selain itu, BPSDMP juga akan menambahkan kamera pemantau atau CCTV di area "blank spot" kampus STIP.

Baca juga: Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

"Hal ini untuk meniadakan kekerasan, peningkatan peran pengasuh taruna, serta melibatkan secara aktif stakeholder yang berkaitan erat dengan proses pembentukan karakter," ucap Subagiyo.

Lebih lanjut, Subagiyo menegaskan bahwa pelaku kekerasan di STIP akan dikeluarkan secara tidak hormat.

(Penulis: Rizky Syahrial, Dzaky Nurcahyo, Dian Fath Risalah El Anshari, Nibras Nada Nailufar | Editor: Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Jessi Carina, Fitria Chusna Farisa)


Dilansir dari dan telah tayang di: https://megapolitan.kompas.com/read/2024/05/06/06000081/taruna-stip-tewas-di-tangan-senior-pernah-terjadi-pada-2014-dan-2017?page=all