Generasi Z dinilai lebih sulit mencari kerja dibandingkan generasi pendahulunya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi.
1. Bagaimana kondisi penciptaan lapangan kerja formal Indonesia selama 15 tahun terakhir? Apakah pengangguran bertambah ketika lapangan kerja formal kian sedikit?
Seorang pencari kerja mempersiapkan berkasnya saat mengantre dalam Jakarta Job Fair di Pusat perbelanjaan Seasons City, Jakarta Barat, Rabu (15/5/2024).
2. Bagaimana peluang bagi fresh graduates atau lulusan baru untuk bisa langsung mendapat pekerjaan formal?
3. Bagaimana perjuangan para pencari kerja untuk mendapat pekerjaan?
4. Benarkah terjadi pergeseran dari sektor padat karya ke padat modal yang berarti mengurangi penciptaan lapangan kerja?
Bagaimana kondisi penciptaan lapangan kerja formal Indonesia selama 15 tahun terakhir?
Tim Jurnalisme Data Kompas membagi periode 15 tahun terakhir menjadi 3 bagian: periode 2009–2014, 2014–2019, dan 2019–2024.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah lapangan kerja formal yang tercipta selama 2009 hingga 2014 menyerap 15,6 juta orang. Lalu, selama 2014–2019, pekerjaan formal yang tercipta sebanyak 8,5 juta orang. Dan, terakhir, selama lima tahun terakhir atau 2019–2024, pekerjaan formal yang berhasil diciptakan hanya menyerap 2 juta orang.
Data ini menunjukkan adanya penurunan penciptaan lapangan kerja formal selama 15 tahun terakhir.
Apakah pengangguran bertambah ketika lapangan kerja formal kian sedikit?
Sebagian besar pekerja yang tidak terserap di sektor formal beralih ke sektor informal. Pada Februari 2024, proporsi pekerja di sektor informal mencapai 59,17 persen menurut data BPS.
Tren jumlah pekerja informal meningkat dalam 15 tahun terakhir. Pada periode 2009-2014, pekerja informal menurun 1,9 juta orang, tetapi selama 2014-2019 pekerja formal meningkat sebesar 4,9 juta orang, dan pada 2019-2024 jumlah pekerja informal bertambah menjadi 8,4 juta orang.
Situasi ini buruk bagi pekerja informal karena rata-rata upah mereka pada tahun 2023 adalah Rp 1,9 juta per bulan, lebih rendah dari upah pekerja formal yang sebesar Rp 3,1 juta per bulan.
Tim juga menemukan penurunan angka pengangguran yang melambat dalam 15 tahun terakhir. Pada periode 2009-2014, tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun sebesar 2,44 persen, pada 2014-2019 turun menjadi 0,72 persen, dan pada 2019-2024 hanya turun 0,16 persen.
Baca selengkapnya dalam artikel Generasi Z Lebih Susah Cari Kerja
Bagaimana berkurangnya peluang bagi fresh graduate atau lulusan baru untuk bisa langsung mendapat pekerjaan formal?
Hasil olah data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Agustus 2022 menunjukkan, persentase lulusan perguruan tinggi yang langsung bekerja di sektor formal turun menjadi 47,2 persen dari total lulusan dibandingkan dengan 55,5 persen pada tahun 2017.
Penurunan ini juga terjadi di semua jenjang pendidikan. Pada 2022, dari 7,1 juta lulusan, hanya 967.806 orang (13,6 persen) yang diterima di sektor formal: perguruan tinggi (7,4 persen), SMA/sederajat (5,8 persen), dan SD/SMP (0,4 persen).
Pada 2017, dari 5,8 juta lulusan, 1,2 juta orang (21,9 persen) diterima di sektor formal: perguruan tinggi 12 persen, SMA/sederajat 9,2 persen, dan SD/SMP 0,8 persen.
Baca selengkapnya dalam artikel Terkikisnya Asa di Dunia Kerja
Bagaimana perjuangan para pencari kerja untuk mendapat pekerjaan?
Aulia (22), pencari kerja lulusan sarjana, hampir tiap hari mengirimkan lamaran. Total dalam setahun terakhir tidak kurang dari 250 lamaran sudah ia kirimkan. Ada pula Elisa Fransiska (26) yang sudah 300 kali mengirimkan lamaran sejak kelulusannya dari program S-1 tiga tahun lalu.
Meski mengantongi ijazah S-2 dari perguruan tinggi negeri ternama di Malang, Gabriella (26) juga masih harus terus berjuang setahun terakhir ini untuk mendapatkan kerja.
Para pencari kerja ini gigih terus mengirimkan lamarannya sembari terus mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai pelatihan. Namun, hingga kini belum juga mendapat pekerjaan impian. Sesekali mereka bekerja serabutan untuk menambah penghasilan.
Dhean Juventius, Senior Recruitment Consultant di Bosshire, membagikan ”rahasia”-nya tentang profil calon pekerja seperti apa yang biasa dicari perusahaan.
Baca selengkapnya dalam artikel Mengejar Lowongan Kerja: 300 Kali Berharap, 300 Kali Kecewa
Benarkah terjadi pergeseran dari sektor padat karya ke padat modal yang berarti mengurangi penciptaan lapangan kerja?
Terjadinya pergeseran dari industri padat karya ke padat modal yang tidak butuh banyak tenaga kerja sudah terlihat sejak beberapa tahun terakhir. Total kenaikan kontribusi sektor padat modal pada 2022 mencapai Rp 3.389 triliun dibandingkan kontribusi tahun 2017, sedangkan di sektor padat karya untuk periode yang sama, kontribusi hanya Rp 2.092 triliun.
Selain itu, selama periode 2007 hingga 2022, penyerapan tenaga kerja di sektor padat karya mencapai 21,6 juta pekerja. Bandingkan dengan penyerapan di sektor padat modal yang hanya 13,7 juta pekerja. Pengelompokan sektor padat karya dan padat modal dilakukan dengan mengolah data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan jumlah pekerja formal.
Baca selengkapnya dalam artikel Selamat Tinggal Era Padat Karya?
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.id/baca/investigasi/2024/05/19/mengapa-generasi-z-diperkirakan-akan-lebih-susah-cari-kerja