Mendag Zulhas Harap Masyarakat Bisa Beli Beras Alternatif
JAKARTA, KOMPAS.com Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan berharap masyarakat dapat beralih mengonsumsi beras alternatif di tengah melambungnya harga beras lokal.
Adapun beras alternatif yang telah disediakan pemerintah yaitu beras komersial Bulog dan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog.
"Beras komersial Rp 14.000 per liter, ada beras SPHP itu Rp 55.000 per karung kemasan lima kilogram. Sebetulnya, kalau harga (beras lokal) mahal, diharap masyarakat bisa beli (beras) alternatif," kata Zulkifli usai menyidak Pasar Klender SS di Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, Senin (26/2/2024).
Menurut pria yang akrab disapa Zulhas, rasa beras alternatif tidak kalah enak. Kualitasnya juga bagus.
Baca juga: Aprindo: Kami Tetap Jual Beras SPHP bersama Beras Premium di Ritel Modern Jabodetabek
Untuk beras SPHP dijual seharga Rp 10.900 per kilogram, sesuai harca eceran tertinggi (HET). Namun, beras hanya dijual dalam kemasan 5 kilogram.
Dengan kata lain, harga beras SPHP adalah Rp 54.500. Namun, pedagang di pasar masih bisa menyesuaikan kembali harganya guna mendapat keuntungan.
Kekurangan suplai
Terkait penyebab melonjaknya harga beras lokal, Zulkifli menjelaskan bahwa ini terjadi karena suplai yang kurang, sedangkan jumlah pembeli banyak karena beras lokal cukup diminati masyarakat.
Zulkifli menuturkan, berkurangnya suplai beras lokal disebabkan pergeseran jadwal penanaman padi.
"Kan mestinya September, Oktober, dan November, sudah hujan. Ini hujannya baru (terjadi). Jadi, tanamnya bukan geser waktu, ini pindah," tutur dia.
Baca juga: El Nino, Bansos, dan Lonjakan Harga Beras
Biasanya, para petani menanam padi pada Agustus dan September. Kemudian, periode saat ini adalah waktunya panen.
"Ini baru tanam. Panen paling cepat Maret, Mei, dan Juni. Bulan depan paling baru sebagian panen. Kalau itu (beras lokal) terus yang dicari, pasti harganya naik terus. Barangnya kan terbatas karena belum panen," terang Zulkifli.
Dengan kata lain, tingginya harga beras lokal bisa bertahan sampai beberapa waktu ke depan jika permintaan tak kunjung turun.
Oleh karena itu, kata Zulkifli, masyarakat diharapkan bisa beralih ke beras alternatif sembari menunggu waktu panen tiba.
"Tadi kami dengar, ada yang bilang rasanya beda karena sudah biasa dengan beras solok dan beras cianjur. Susah juga. Risikonya, yang premium lokal akan naik terus (jika tidak beralih ke beras alternatif)," pungkas dia.