Kratom di Antara Cuan atau Kecanduan


SEORANG teman dokter di BNNP Jawa Barat bercerita pernah menangani klien pengguna kratom pada tahun 2022 dan 2023.

Dua orang klien tersebut bukan pengguna tunggal kratom, namun terkategori polydrug use atau pengguna beberapa jenis narkoba.

Jenis narkoba lain yang digunakan salah satu dari mereka adalah tramadol dan alprazolam. Sementara yang lainnya pengguna sabu dan benzodiazepine.

Tujuan penggunaan narkoba seperti alprazolam, benzodiazepine, atau tramadol bagi mereka adalah untuk meredakan rasa sakit. Para klien merasakan sakit jika tidak mengonsumsi obat-obatan tersebut.

Dalam situasi withdrawal atau gejala putus obat itulah mereka mendapatkan resep jalanan berupa kratom. Lingkungan pertemanan menjadi rujukan sampai akhirnya mereka mengonsumsi kratom yang harganya lebih terjangkau.

Apalagi, seperti yang diakui salah satu klien, kratom juga dapat menjadi substitusi sabu. Ini memang selaras dengan hasil penelitian yang berserak terkait kandungan kratom yang jika digunakan dalam dosis rendah (1-5 gr), kratom dapat menimbulkan efek stimulan.

Kratom, seperti pengakuan klien tersebut, dianggap mempunyai peran pengalihan (switching) atau penggunaan sementara atas obat psikotropika atau narkotika yang mereka gunakan.

Dengan cara pandang sederhana, mereka beranggapan kratom dapat menggantikan sabu yang harganya mahal.

Dengan menaikkan jumlah zat yang digunakan, mereka juga menilai kratom dapat menjadi pengganti alprazolam, benzodiazepine, atau tramadol yang tidak mudah mereka dapatkan secara legal. Sementara kratom sangat mudah diperoleh, baik secara offline atau online.

Pengguna juga mengakui ketika berhenti menggunakan kratom, rasa sakit kembali datang dan bahkan yang bersangkutan merasa lebih sakit. Kondisi tersebut menunjukkan terdapat kandungan kratom yang tidak wajar.

Teman saya seorang dokter yang menangani pengguna kratom akhirnya merujuk klien tersebut ke dokter spesialis kesehatan jiwa agar tertangani dengan baik.

Sementara laman YouTube Exoman yang berjudul "Recovery From Kratom Addiction" menjelaskan jika dirinya mengalami penderitaan yang cukup melelahkan saat berupaya berhenti mengonsumsi kratom yang berasal dari Indonesia.

Bayangkan, dia harus menghadapi masalah pernapasan dalam beragam jenis (dispnea, sleep apnea, dan sesak napas) selama bertahun-tahun setelah berhenti.

Sementara pada tahap awal penghentian, dia juga merasakan gelisah, detak jantung tidak teratur dan berdebar, depresi, dan beberapa gejala lain sebagaimana umum terjadi pada penyalahguna stimulan.

Mengejar cuan

JIka ditelusuri dalam beberapa kesempatan, Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, dan Menteri Koperasi dan UKM tampak kompak mendorong kratom untuk menjadi komoditi ekspor.


Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.kompas.com/tren/read/2024/06/21/070000165/kratom-di-antara-cuan-atau-kecanduan