ICW Bantah Tuduhan Rasisme, Massa Aksi Beri Ultimatum
Koordinator Divisi Pengelolaan Pengetahuan Indonesia Corruption Watch (ICW) Wana Alamsyah menyebut lembaganya tidak pernah melakukan tindakan rasisme dalam bentuk apapun.
Hal itu disampaikan Wana untuk menepis tuduhan yang dilayangkan oleh puluhan orang mengatasnamakan Forum Masyarakat Pemuda Mahasiswa Cinta NKRI.
"Kami tidak pernah menyatakan atau memberikan statement mengenai rasisme terhadap seluruh kelompok apalagi orang-orang yang melakukan demonstrasi," kata Wana di kantor ICW, Jakarta, Senin (26/2).
Waha menyebut ICW telah berusaha untuk berdialog dengan kelompok tersebut dalam aksi yang digelar hari ini. Namun, puluhan orang yang melakukan demonstrasi itu menutup pintu dialog.
Kata Wana, pihaknya ingin mengetahui siapa yang melakukan tundakan rasisme seperti yang dituduhkan kelompok tersebut.
"Kami ingin menanyakan jika memang ICW dituduh melakukan upaya atau memberikan statement mengenai rasisme, siapa yang melakukan atau siapa yang menyatakan hal tersebut lalu kemudian kapan dan apa konteksnya pada saat tersebut," kata dia.
Dia pun menyatakan ICW tidak akan mengambil sikap apapun atas tuduhan rasisme dari massa pedemo.
"Kami saat ini tidak akan melakukan atau mengeluarkan sikap apapun terhadap apa yang tadi disampaikan, terutama mengenai tuntutan yang mereka minta, begitu," ujarnya.
Hari ini, ICW didemo oleh puluhan orang. Pantauan CNNIndonesia.com, puluhan orang datang ke ICW dengan menggunakan angkutan umum kota (angkot) sekitar pukul 14.03 WIB. Sedikitnya ada tiga angkot yang membawa mereka ke kantor tersebut.
Puluhan massa aksi itu kemudian berbaris di depan kantor ICW. Mereka membawa pengeras suara dan banner bertuliskan "Kami Timur Cinta Damai dan Persatuan dan Berbhineka Tunggal Ika".
Ada juga yang membawa banner dengan tulisan "Anti Rasisme Apa Kulit Hitam Rambut Kriting dan Preman Bukan Manusia" dan "Minta Kepada LBH, KontraS, Segera Minta Maaf dan Para Oknum Mahasiswa yang Merencanakan Makar Segera Ditangkap dan Proses Hukum."
Perwakilan massa aksi, Abdul Aziz menyatakan pihaknya juga akan melaporkan ICW atas dugaan tindakan rasisme ke Mabes Polri.
"Tadi kami di LBH di Cikini. Kemudian kami datang di Komnas HAM, ketiga di sini [ICW]. Kami juga mau ke Lokataru. Kemudian kami juga ke Mabes untuk melaporkan itu," kata Aziz.
Aziz menuduh ICW telah memberi cap orang timur sebagai preman. Aziz menyebut pernyataan yang dilontarkan ICW itu berkaitan dengan video kelompoknya yang viral di media sosial.
Video itu berisi sejumlah mahasiswa yang berasal dari Indonesia bagian timur tidak setuju dengan aksi di Kampus Universitas Trilogi beberapa waktu lalu.
ICW disebut Aziz sebagai salah satu lembaga yang ikut memviralkan video penolakan itu. Padahal, kata Aziz, ketidaksetujuan kelompoknya karena isu yang dibawa oleh mahasiswa saat itu adalah pemakzulan Presiden Jokowi.
"Video kami diviralkan bahwa seolah-olah kami ini bukan mahasiswa, kami preman yang mengintimidasi kawan-kawan mahasiswa tertentu," ujarnya.
"Banyak yang menggunakan video itu, dalam hal mengatakan bahwa salah satu kelompok salah satu kandidat menggunakan preman untuk mengintimidasi, memanfaatkan kami. Contohnya kami lawan, ICW juga, LBH," imbuhnya.
Saat ditanya video viral mana yang dimaksud, Aziz mengaku tidak bisa menunjukkan. Namun, dia berkeras video itu viral dan membuatnya tersinggung.
"Kamu tanya keyword saya enggak tahu, saya gaptek. Kalau kamu tanya masalah teknologi saya gaptek," kata dia.
Dalam demo siang tadi, massa aksi juga mengultimatum ICW untuk segera meminta maaf di media. Menurutnya, itu hal mudah yang dapat dilakukan ICW untuk menebus kesalahannya.
"Jadi intinya kami memberikan waktu 1x24 jam untuk permintaan maaf. Permintaan maaf kan bagus, dan kami akan memaafkan itu. Dan kalau tidak melakukan permintaan maaf, siapa yang mau dihina? Kami juga berperan tinggi. Negara ini kok begitu," kata dia.