Harus Tahu, Ini Tanda-tanda Akan Terjadi Angin Puting Beliung
KOMPAS.com Fenomena angin puting beliung yang melanda Rancaekek dan Jatinangor, Jawa Barat beberapa waktu lalu masih menjadi perhatian publik.
Pasalnya, peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan yang cukup parah di sejumlah wilayah di kedua kecamatan tersebut.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, puting beliung terbentuk dari sistem awan Cumulonimbus (CB) yang memiliki karakteristik menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dan angin kencang.
Namun demikian, ia menegaskan, tidak setiap ada awan CB dapat terjadi fenomena puting beliung. Semuanya tergantung bagaimana kondisi labilitas atmosfernya.
"Fenomena puting beliung umumnya dapat lebih sering terjadi pada periode peralihan musim, namun tidak menutup kemungkinan terjadi juga di periode musim hujan," ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (23/2/2024).
Selain itu, angin puting beliung dapat terjadi dalam periode waktu yang singkat dengan durasi kejadian umumnya kurang dari 10 menit.
Oleh karena itu, ada baiknya untuk mengetahui tanda-tanda angin puting beliung agar masyarakat dapat melakukan antisipasinya.
Baca juga: Jadi Bencana Kedua Terbanyak di Indonesia, Bisakah Puting Beliung Diprediksi?
Melalui akun Instagram @infobmkg, BMKG menyebutkkan beberapa tanda akan datangnya angin puting beliung, yaitu:
Udara pada malam hingga pagi hari sebelumnya terasa panas dan gerah. Perbedaan suhu yang signifikan (lebih dari dari 4,5 derajat Celsius) antara pagi sekitar pukul 07.00 hingga menjelang siang sekitar pukul 10.00 bersamaan dengan penyinaran Matahari yang terik dengan kondisi udara yang lembap. Menjelang siang atau setelah pukul 10.00, akan terbentuk awan jenis Cumulus (Cu). Awan ini memiliki ciri-ciri berupa awan putih berlapis-lapis yang umumnya disertai dengan awan putih yang batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu dan menjulang tinggi seperti kembang kol. Awan cumulus berubah warna menjadi abu-abu dan sangat gelap yang dikenal dengan nama awan Cumulonimbus (Cb) Terasa embusan angin yang kencang dan terasa dingin. Terlihat adanya kolom udara yang berputar dari dasar awan Cb hingga menyentuh permukaan Bumi yang disebut angin puting beliung. Durasi kejadian angin puting beliung umumnya 3-5 menit (maksimal 10 menit) dengan cakupan jarak hingga 5 kilometer (km).
Baca juga: Kenapa Bisa Terjadi Angin Puting Beliung? Berikut Faktor Penyebabnya
Potensi angin puting beliung di Indonesia
Guswanto melanjutkan, berdasarkan pantauan BMKG, ada beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat/angin kencang di wilayah Indonesia.
Kondisi tersebut dipicu oleh beberapa hal, seperti:
Aktivitas monsun asia yang masih dominan
Aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian tengah dan timur
Terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia bagian tengah dan selatan.
Selain itu, ada pula beberapa wilayah yang berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat yang dapat berpotensi memicu pembentukan awan Cumulonimbus untuk periode 24-25 Februari 2024, yang meliputi:
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Bengkulu
Jambi
Sumatra Selatan
Lampung
Banten
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Papua.
Baca juga: Beda Puting Beliung dan Tornado, Kenali Tanda-tanda Kemunculannya
Apa yang perlu dilakukan saat terjadi cuaca ekstrem?
ANTARA FOTO via BBC Indonesia Foto udara kawasan industri yang terdampak angin puting beliung di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/02/2024). Foto udara kawasan industri yang terdampak angin puting beliung di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/02/2024).
Guswanto mengungkapkan, proses pembentukan angin puting beliung sulit dicegah, tetapi bisa dihindari saat terjadi.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan saat terjadi cuaca ekstrem:
Waspada terhadap terjadinya potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat hingga sangat lebat pada durasi lebih dari satu jam, angin puting beliung, dan hujan es yang dapat mengakibatkan dampak seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta dampak kerusakan lainnya.
Waspada terhadap terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan juga angin kencang pada sore hari, terutama pada hari di mana terjadi pemanasan kuat antara pukul 10.00-14.00. Kondisi ini biasanya ditandai dengan jenis awan yang berwarna gelap, dan menjulang tinggi seperti kembang kol dan terkadang memiliki landasan pada puncaknya (awan jenis Cb).
Khusus untuk daerah bertopografi curam/bergunung atau rawan longsor agar tetap waspada, khususnya pada kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang terjadi selama beberapa hari berturut-turut.
Kepada masyarakat dan Instansi terkait agar waspada terhadap terjadinya potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat hingga sangat lebat dalam skala lokal, angin puting beliung, dan hujan es yang dapat mengakibatkan dampak seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta dampak kerusakan lainnya.
Pada daerah dataran rendah dan dekat aliran sungai, untuk waspada terhadap potensi genangan/banjir. Selain itu, waspada dengan adanya pohon, reklame, atau benda lain yang bisa roboh saat terjadi angin kencang.
Sedangkan, ini tips yang bisa dilakukan saat terjadi angin puting beliung:
Jika sedang di dalam ruangan tertutup, maka tutup semua pintu dan jendela dengan rapat, mematikan seluruh aliran listrik di rumah/bangunan tersebut, dan mencari tempat yang aman serta hindari di dekat pintu atau jendela.
Jika di luar ruangan, maka jauhi tiang listrik, papan reklame atau bangunan tinggi lainnya. Hindari area lain yang berpotensi ambruk seperti jembatan atau pohon tinggi, segera cari tempat aman, duduk berlutut dan pegang area belakang kepala.
Jika di dalam kendaraan, maka keluar dari dalam kendaraan, dan segera cari tempat berlindung seperti bangunan yang kokoh.
"Persiapan yang dilakukan guna mengantisipasi bencana saat pancaroba di antaranya adalah mengecek kondisi pohon dan memangkasnya apabila sudah terlalu rindang atau rapuh, dan atap rumah terutama yang terbuat dari bahan ringan dan lain sebagainya," pungkas Guswanto.