Gus Ipul: Salahnya Apa Kami Mengelola Tambang?


NU tampak paling antusias menyambut konsesi tambang, sudah seberapa jauh persiapannya?

Ya, kami harus memenuhi syarat-syaratnya. Ya, kembali lagi, terima kasihlah kepada Pak Jokowi. Memang NU butuh. Kesempatan ini diambil oleh NU karena NU butuh. Mungkin ormas yang lain nggak butuh, ya nggak papa gitu. Ini butuh, memang butuh, jelas saja untuk kemandirian ekonomi, untuk percepatan usaha-usaha. Ini untuk menginspirasi, memotivasi semua biar kita bisa melahirkan banyak pengusaha sekaligus juga memberikan bantuan. Kalau kemudian ada yang meragukan NU apakah bisa kelola tambang, ya sebisa-bisanya diusahakan karena ini juga pertama kali. Tetapi (orang-orang) di dalam NU sendiri itu banyak yang sudah merintis (usaha tambang).

Kabarnya hadiah konsesi tambang ini sudah dijanjikan Presiden sejak 2021?

Disampaikan (Jokowi), ya terus kita menyambut baik, kami persiapan-persiapan, mempelajari, mengidentifikasi kemampuan, identifikasi sumber daya manusia, dan sebagainya. Setelah itulah, ya tentu kita mempelajari ketentuannya dulu yang pertama. Setelah itu, yang dibutuhkan untuk memenuhi itu, ya kami siapkan, pertama, perusahaan-perusahaan itu harus dimiliki koperasi, kan gitu kan.

Berarti PBNU sejak lama sudah yakin Pak Jokowi bakal menetapkan peraturan terkait bagi-bagi konsesi tambang ke ormas ini?

Kami memang mempersiapkan saja baru setelah (aturan) izin disampaikan, setelah ada peluangnya itu. Itu (jatah tambang untuk NU) sudah disebut berkali-kali oleh Presiden, oleh Pak Bahlil juga. Ya kami menunggu saja setelah Presiden memberikan itu.

Ya ini kesempatan baik dan NU siap berpartisipasi. Itu kan disampaikan sudah dua tahun yang lalu. Buat kami, itu adalah langkah berani Presiden untuk melakukan afirmasi. Maka kita menunggu, ya kalau ada kesempatan, diskusi (dengan pemerintah). Kalau nggak, ya itu saja kita ngikutin prosesnya karena kita bisanya hanya ngikutin, tapi kita menyambut dengan baik.

Apakah memang ada komunikasi intens dengan pemerintah terkait itu?

Komunikasi resmi nggak sih, ya. Ini informal kami komunikasi dengan banyak pihak. Ini yang dikasih mandat (memimpin proses pengolahan tambang) di PBNU Gus Gudfan (Bendahara Umum PBNU Gudfan Arif Ghofur) ini juga pengusaha tambang, usaha gula. Jadi kami komunikasi, kami konsultasi selama dua tahun itu banyak yang terima masukan. Kita banyak minta masukan dari berbagai kalangan, bagaimana mengelola tambang ya, kemudian bagaimana risikonya, belajar dari pengalaman-pengalaman yang ada.

Siapa pihak pemerintah yang komunikasi aktif dengan PBNU terkait ini?

Pak Bahlil atau staf-stafnya yang paling intens. Ya kita tanya-tanya terus apa yang perlu kita siapkan. Ternyata rumit dan banyak yang harus disiapkan. Kalau saya (yang urus sendiri), nggak sanggup.

Apakah konsesi ini berkaitan dengan dukungan NU kepada salah satu paslon di pilpres lalu, sebagai hadiah misalnya?

Ya itu tafsir oranglah ya, tapi kita butuh (kelola tambang). Jadi tafsir orang yang dilakukan segala macem kami nggak mau nanggepi yang spekulatif seperti itu. Ya kalau dikait-kaitkan, semua dikait-kaitkan, banyak. Kalau kamu sampai nyari-nyari dan dikaitkan yang nggak-nggak gitu, ya bisa saja.

Mengapa NU merasa butuh kelola tambang?

Dana, ya tentu kami banyak pesantren membutuhkan beasiswa, pesantren membutuhkan dukungan infrastruktur. kemarin diceritakan ya, ada pondok yang satu kamar isinya 80 orang, 60 orang. Mereka tidurnya di sembarang tempat, termasuk di masjid. Mereka bertahan karena ingin dapat berkah, dapat ilmu, tapi kita kan harus ikut memikirkan. Banyak loh pesantren-pesantren yang seperti itu, faktanya kita yang butuh.

NU mengaku sebagai ormas Islam terbesar dengan SDM yang tentu melimpah, kenapa sampai merasa butuh dan kenapa harus tambang?

Kesempatannya ini kami dari mana saja. Selama ada kesempatan, ya kita ambil selama tetap sejalan dengan prinsip-prinsip NU. Memang salahnya apa kami mengelola tambang? Yang salah itu kalau kita mengelola serampangan, makanya itu diingatkan, dalam Al-Qur’an itu diingatkan nanti akan merusak bumi akibat ulah tangan-tangan manusia.

Jadi tetap kita harus punya prinsip yang tidak boleh dilanggar. Jadi, kalau kami nanti mengelola tambang, ya prinsip-prinsipnya harus dipenuhi bagaimana alam tidak rusak. Ada ini kan, banyak itu kan syarat-syaratnya, reklamasi itu segala macam untuk perbaikan lagi, itu kan ada semua toh.

Ini ya kan mestinya bersyukurlah, alhamdulillah, ini sekarang punya kesempatan. Mestinya disyukuri ini, bukan terus ditolak. Kalau kemudian nanti rusak (alamnya), ya itu baru mudarat. Tapi kalau ini kan belum bisa diukur yang kita tahu, lihat manfaatnya.

Memang kalau kami nanti sudah dapat izin, memang kami yang kerjakan orang kaya kita-kita ini? Kan nggak, akan ada kontraktornya ya dan kontraktor harus memenuhi syarat, memenuhi prosedur secara teknis.


Dilansir dari dan telah tayang di: https://news.detik.com/x/detail/spotlight/20240613/Gus-Ipul-Salahnya-Apa-Kami-Mengelola-Tambang/