Anomali Ledakan Suara PSI Tembus 3,13 Persen versi Real Count KPU
Ledakan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) hingga 3,13 persen di real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) memicu pertanyaan banyak pihak.
Berdasarkan data Sirekap KPU per Minggu (3/3) pukul 11.00 WIB, suara PSI menyentuh 2.403.086 alias 3,13 persen. Dari 65,80 persen suara yang masuk ke KPU, PSI makin mendekati parliamentary threshold empat persen sebagai syarat untuk memperoleh kursi DPR RI.
Perolehan suara partai yang dikomandani putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep itu naik cukup drastis dalam rekapitulasi suara Pemilu 2024.
PSI mulanya mengantongi 2.291.882 suara atau 3 persen pada Jumat (1/3) pukul 06.00 WIB, berdasarkan 65,34 persen data yang masuk ke KPU. Suara PSI lalu naik ke 2.395.363 atau 3,12 persen pada sehari setelahnya pukul 11.00 WIB, alias melesat 103.481 suara hanya dalam 30 jam.
"Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik... Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," kata Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/3).
"Apalagi hingga saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi di mana PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat," ujarnya menambahkan.
PPP protes
Di lain sisi, ledakan suara PSI mendapat protes dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang tengah harap-harap cemas soal peluang ke Senayan. Terlebih, mereka sempat melewati ambang batas empat persen, sebelum turun menjadi 3,98 persen atau 3.036.144 suara.
Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP Muchammad Romahurmuziy memprotes kejanggalan tersebut. Ia menduga ada operasi 'sayang anak' di balik fenomena lonjakan suara PSI.
Pria yang akrab disapa Romy itu membandingkan lonjakan suara PSI dengan penurunan angka yang dialami PPP. Ia menegaskan kenaikan suara PSI tak wajar.
"Mohon atensi kepada @kpu_ri dan @bawasluri, operasi apa ini? Meminjam bahasa pak @jusufkalla, operasi 'sayang anak' lagi?" ucap Romy di akun @romahurmuziy pada Sabtu (2/3). CNNIndonesia.com sudah mendapat izin dari Romy untuk mengutip.
Mengacu ke para surveyor, Romy mengklaim lonjakan semacam itu cuma bisa terjadi jika PSI mengantongi 50 persen suara di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Romy mendesak KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengusut kejanggalan ini. Ia sampai mengancam bakal menyeret persoalan ini ke dalam penggunaan hak angket.
"Kalau ini tidak dikoreksi, @dpp.ppp akan meminta hal ini bagian yang termasuk dibongkar seterang-terangnya di hak angket pekan ini! Saya mohon atensi @kpu_ri dan @bawasluri secara terbuka dan tindak lanjutnya secara cepat dan seksama!" tuntutnya.
Kini, suara PPP kembali naik melewati parliamentary threshold. Partai berlambang Ka'bah itu mengantongi 3.080.432 suara atau 4,01 persen.
Respons KPU
Komisioner KPU Idham Holik bersuara soal gaduh di balik lonjakan suara PSI tersebut. Ia menegaskan bahwa Sirekap tidak digunakan sebagai penentu hasil pemilu.
"Kami belum mengerti yang dimaksud dengan lonjakan tersebut itu lonjakan apa. Yang jelas Undang-Undang Pemilu menegaskan bahwa perolehan suara peserta pemilu yang disahkan oleh KPU itu berdasarkan rekapitulasi resmi," tuturnya di Kantor KPU RI, Jakarta, di hari yang sama saat PPP melayangkan protes.
Idham menegaskan rekapitulasi saat ini masih ada di tingkat kabupaten/kota. Usai rampung, suara akan direkapitulasi di tingkat provinsi.
Puncaknya akan ada rekapitulasi tingkat nasional yang digelar di Kantor KPU RI. Berdasarkan rekapitulasi nasional itulah hasil pemilu ditetapkan.
"Insya Allah tanggal 20 Maret 2024 proses rekapitulasi ini sudah selesai sesuai dengan jadwal. Mudah-mudahan berjalan dengan lancar," tutup Idham.
Anomali suara PSI
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Burhanuddin Muhtadi menyebut kenaikan suara PSI dengan istilah 'ledakan'. Menurutnya, fenomena ini berbeda dengan naik dan turunnya suara partai lain di Pemilu 2024 yang terlihat smooth.
"PKB naik turun suaranya smooth sejak awal. Demikian juga dengan partai-partai lain. Sementara perolehan suara PSI 'meledak' hanya dalam beberapa hari terakhir saja. Biasanya kalau data masuk di Sirekap sudah besar dan proporsional, suara partai-partai tidak akan sedinamis ini," tulis Burhanuddin dalam perbincangan di media sosial X.
Burhanuddin mengaku akan melakukan pengecekan anomali tersebut. Ia bakal membandingkannya dengan formulir C1 di TPS yang menjadi sampel quick count lembaga survei.
Meski begitu, ia mengimbau lebih baik menunggu perhitungan manual KPU yang dilakukan berjenjang dari daerah hingga pusat agar lebih adil.
Dilansir dari dan telah tayang di: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240303124737-617-1069849/anomali-ledakan-suara-psi-tembus-313-persen-versi-real-count-kpu